REPUBLIKA.CO.ID, Ikhlal Aldhi Wijaya, Imam Fatoni, dan Salis Muchtar Fadhilah membuktikan diri bisa mengalahkan mahasiswa dari berbagai mancanegara hingga bisa mengharumkan nama kampus dan bangsa Indonesia. Tidak main-main, ketiga mahasiswa itu mampu menjuarai The Trinity College Robotics Competition di Harford, Connecticut, Amerika Serikat (AS), beberapa waktu lalu.
Kompetisi yang dimulai pada 1994, itu mempertandingkan robot pemadam kebakaran atau Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest (TCFFHRC). Dalam salah satu kontes robot bergengsi di kancah internasional, Ikhlal, Imam, dan Salis yang mewakili Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memborong juara 1 dan 2 untuk kategori robot berkaki.
Di final, mereka harus bersaing dengan sejumlah kontestan lainnya yang telah diseleksi di negaranya masing-masing, yaitu dari Kanada, Cina, Israel, Portugal, Uni Emirat Arab, dan tuan rumah AS. Capaian ketiga orang itu menandakan mahasiswa Indonesia sebenarnya bisa bersaing dengan negara-negara maju.
Menurut Salis Muchtar Fadhilah, prestasi itu diraih dengan perjuangan panjang. Sebelum bisa tampil di luar negeri mewakili Indonesia, tim InaMuh dan Unmuhmalang lebih dulu tampil menjadi yang terbaik dalam kompetisi yang diikuti berbagai kampus terbaik di Indonesia. "Ikut seleksi dulu di tingkat regional dalam Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI), kemudian terpilih empat besar. Ketika lanjut di level nasional, kami juara pertama dan dikirim ke level internasional. Kompetisi ini diadakan Kemenristekdikti," ujar Salis saat berbincang dengan Republika.co.id, kemarin.
Dosen pembimbing Alik Ansyori Alamsyah yang ikut mendampingi ketiga mahasiswa Teknik Elektro UMM itu mengatakan, pada kompetisi TCFFHRC, robot peserta harus mencari dan memadamkan api lilin di arena lapangan. Robot yang paling cepat memadamkan lilin akan dinyatakan sebagai pemenang. “Dengan kecepatan robot yang sudah teruji pada KRI 2016, di perlombaan internasional ini robot UMM menjadi yang tercepat lagi,” ujar Alik.
Dia menuturkan, dalam hal ketepatan, robot itu dibekali delapan sensor ultrasonik dan dua sensor inframerah sebagai sensor jarak. Adanya 10 sensor yang ditanamkan dalam robot bertujuan agar mudah mendeteksi posisi dan menjangkau lilin dengan cepat. Selain itu, lanjut Alik, robot tersebut juga dibekali sensor flame UVTRON-R9454 untuk mendeteksi api lilin.
Menurut Alik, sensor itu sangat baik jika dibandingkan dengan sensor flame yang lain, karena hanya menangkap cahaya UV dengan jangkauan spektrum 185 nanometer (nm) sampai 260 nm, di mana jangkauan itu hanya dimiliki oleh gas api. “Artinya robot UMM tidak akan salah dalam mendeteksi api lilin yang ada,” ungkap Alik membeberkan rahasia kemenangan tim asuhannya.
Ali melanjutkan, robot UMM juga memiliki keunggulan jika dilihat dari beberapa aspek. Dari segi desain, sambung dia, robot buatan mahasiswanya memiliki dimensi yang sangat kecil jika dibandingkan robot dari negara lain. Alik menjelaskan, dengan dimensi yang kecil, robot UMM dapat dengan mudah menghindari halangan yang disiapkan dalam arena. “Setiap tahunnya robot UMM selalu mendapatkan penghargaan desain terbaik karena dimensi yang kecil itu,” ujar Alik menerangkan kelebihan robot itu.
Salah satu anggota tim Inamuh, Imam Fatoni menjelaskan, mereka dibagi dua tim yang sama-sama tampil untuk kategori robot berkaki. Menurut Imam, pada saat pelaksanaan kompetisi, robot yang dibuatnya mengalami gangguan teknis. “Meskipun dua robot mengalami kendala saat pertandingan, namun tidak menghalangi tim untuk meraih juara. Salah satu robot mengalami kerusakan pada mesin dan pada pompa," jelas Imam.
Dia mengatakan, kerusakan yang menimpa robot itu disebabkan air yang disediakan untuk memadamkan lilin bocor dan membasahi komponen yang lain. Karena itu, Imam memilih untuk membongkar bodi robot yang basah untuk dikeringkan dulu. Setelah itu, baru komponen yang dicopot dan mengalami kerusakan diperbaiki secepatnya hingga dipasang kembali.
Imam sempat panik lantaran waktu yang semakin mepet dengan pertadingan. Hanya saja, kata dia, bongkar pasang dilakukan secepatnya dengan tujuan, yang penting robot bisa berjalan dan memadamkan api. "Alhamdulillah, robot yang rusak tadi bisa meraih juara dua di perlombaan internasional ini," ucap Imam.
Diapresiasi
Keberhasilan yang diraih Ikhlal, Imam, dan Salis ternyata menyita perhatian Menteri Perindustrian Airlangga Hartato. Airlangga mengatakan, prestasi yang diukir tim robot UMM bisa menjadi inspirasi ribuan mahasiswa lain yang sedang menuntut ilmu untuk menyambut revolusi industri keempat. Dia menyebut, revolusi keempat ditandainya dengan fenomena internet menjadi bagian integral dari proses industri.
“Prestasi ini adalah langkah awal. Saya berharap UMM dapat menjadikan prestasi ini sebagai fondasi dibangunnya pusat inovasi robotik. Karena revolusi industri keempat ini sangat erat kaitannya dengan otomatisasi,” tutur Airlangga.
Tentu saja pihak universitas juga memberi apresiasi khusus kepada ketiga mahasiswanya. Selain berupa bebas biaya kuliah hingga lulus dan insentif individu, tiap-tiap anggota tim juga dibebaskan dari tugas akhir dan sejumlah mata kuliah yang ekuivalen, seperti Robotika, Mekatronika, dan Micro Controller.
Torehan mereka bertiga ternyata juga menyita perhatian pemerintah pusat. Mewakili nama UMM, Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menyerahkan penghargaan prestisius, yaitu Apresiasi Ikon Prestasi Indonesia. Mewakili Presiden Jokowi, Deputi 3 Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Sony Suharsono menyerahkan penghargaan itu kepada Rektor UMM Fauzan.
“Raihan ini akan menjadi salah satu pemicu terhadap tradisi mutu yang dikembangkan oleh UMM. Tradisi ini tidak hanya dilakukan dosen, melainkan juga mahasiswa. Bagi kami, tiada hari tanpa prestasi, dan tiada prestasi yang tidak dihargai,” ujar Fauzan mengapresiasi torehan ketiga mahasiswanya yang ikut mengangkat nama baik kampus itu.
Selain itu, capaian tiga mahasiswa UMM itu ternyata juga menyita perhatian PT Astra International Tbk. Karena itu, mereka diundang untuk berbagi kisah di acara bertajuk 'Berbagi Inspirasi Untuk Indonesia Berprestasi' di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya pada Kamis (30/11). Dihadapan para mahasiswa, mereka berbagi pengalaman dan mendemonstrasikan karya mereka.
Selain berdialog dan berdiskusi dengan para pengunjung yang rata-rata mahasiswa, mereka juga berbagi pengalaman hidup dan perjuangan sehingga bisa mendapat apresiasi dan penghargaan baik di tingkat nasional maupun internasional. Salah satu anggota tim robot UMM, Salis Muchtar Fadhilah mengatakan, kehadirannya di acara yang diinisiasi Astra dan UKP-PIP itu untuk mendorong agar anak muda bisa mencatatkan prestasi, yang kesempatan itu bisa dilakukan semua mahasiswa.
"Saya cuma sekadar cerita pengalaman dan perjuangan waktu kuliah. Sama cerita bagaimana proses hingga bisa sampai ke perlombaan di AS, dan menang!" ujar Salih yang berharap, apa yang disampaikannya dapat memicu orang lain untuk berprestasi, bahkan melebihi dirinya.
Chief of Corporate Communications, Social Responsibility, and Security PT Astra International, Pongki Pamungkas mengatakan, diangkatnya sosok-sosok anak muda berprestasi di kancah global yang memberikan teladan dalam acara Apresiasi Ikon Prestasi Indonesia, merupakan salah satu upaya pembudayaan Pancasila. Hal itu lantaran para ikon yang diundang juga turut mendemonstrasikan karya mereka.
Pongki menyatakan, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila sesuai dengan misi PT Astra International untuk bisa sejahtera bersama bangsa. Oleh karena itulah, pihaknya mendukung diadakannya diskusi yang menghadirkan pemuda berprestasi untuk berbagi kisah torehan mereka di level internasional. Dengan tampilnya figur yang punya karya, diharapkan peserta bisa menjadikan testimoni mereka sebaai sumber kreativitas dan inspirasi untuk mencapai prestasi, yang merupakan bentuk pengamalan nilai-nilai Pancasila.
“Bagi Astra, Pancasila adalah nilai luhur bangsa yang harus selalu dijaga dan dipelihara agar dapat menginspirasi masyarakat Indonesia dalam bertindak dan berperilaku. Sama halnya dengan filososi Catur Dharma bagi setiap Insan Astra dan mendasari setiap nilai dan strategi bisnis Astra agar dapat menjadi Pride of the Nation. Karena itulah, kami sangat bangga dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan UKP ini dan mendukung pengamalan nilai-nilai Pancasila di negara ini,” ujar Pongki.