REPUBLIKA.CO.ID, PADANG — Koordinator Kopertis wilayah X Sumbar, Riau, Jambi, dan Kepulauan Riau, Prof Herri mengatakan kualitas dan kuantitas menjadi persoalan utama yang terjadi di pendidikan tinggi Indonesia. "Segi kualitas masih banyak perguruan tinggi yang berakreditasi minimal sedangkan secara kuantitas, mahasiswa di Indonesia tidak representatif jumlah penduduk," ujarnya, di Padang, Jumat (12/1).
Masih rendahnya kualitas perguruan tinggi ini terlihat dari jumlah mahasiswa yang kuliah saat ini di Indonesia mencapai tujuh juta jiwa dan 60 persen di antaranya menempuh pendidikan di swasta. Persentase kampus swasta yang memiliki akreditasi institusi B ke atas tidaklah banyak.
Dia mencontohkan di kampus di bawah pengawasan Kopertis X yang berjumlah 250 kampus belum ada satu pun yang terakreditasi A. Bahkan program studi yang mencapai 800 unit baru 14 yang terakreditasi A, ini membuktikan kualitas kampus swasta masih perlu ditingkatkan.
Tidak hanya itu dalam hal sumber daya pengajar juga dinilai masih minim karena di kampus swasta masih banyak dosen Tenaga Pendidik (TP). "Kuantitas mahasiswa juga menjadi tantangan di Indonesia selain memperkuat kualitas," ujarnya.
Dia menggambarkan saat ini ada 120 juta jiwa angkatan kerja hanya 10 sampai 12 persen yang merupakan tamatan perguruan tinggi. Kemudian jumlah tujuh juta jiwa yang kuliah saat ini masih jauh dari kepatutan warga Indonesia berkuliah yakni usia 18 hingga 23 tahun yang mencapai 21 juta jiwa.
Sejatinya kementerian telah melakukan langkah untuk mengatasi persoalan minimnya mahasiswa tersebut dengan memberikan beasiswa Bidikmisi untuk warga yang tidak mampu. Hanya saja, kampus di pedalaman daerah tetap sulit berkembang karena adanya perbedaan persepsi dalam memahami kebutuhan pendidikan tinggi.
"Tantangan ini harus segera diselesaikan mengingat persaingan pendidikan tinggi di dunia terus berlangsung," kata dia.