REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Nyantri (agamis), nyakola//(berpendidikan) dan nyunda (berbudaya Sunda) menjadi kriteria yang banyak diidamkan di Bumi Parahyangan. Ketiga kriteria itu akan melahirkan sebuah karakter individu yang matang.
Khusus di Provinsi Jabar, rasanya relatif sempurna jika seorang pimpinan menyandang ketiga predikat tersebut. Menjadi pimpinan di instansi manapun, jika berbekal ketiga predikat itu pasti akan berhasil.
Rektor Universitas Sangga Buana (USB) YPKP Bandung Dr H Asep Effendi R SE MSi merupakan sosok yang memiliki kematangan di bidang agama, pendidikan dan budaya. Pria kelahiran Bandung 28 April 1963 itu terlahir di lingkungan keluarga yang agamis.
Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Asep menjadi santri di pesantren yang berlokasi di Kampung Paledang, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung. Demi meniti ilmu agama, ketika itu hampir setiap hari Asep pulang malam ke rumahnya.
Selain dijejali ilmu agama di pesantren, Asep kerap diberi pelajaran agama oleh orang tua dan uaknya. Kegemarannya dalam mempertajam ilmu agama membuat Asep mudah beraktualisasi di lingkungan manapun. Bahkan, saat ini Asep kerap diminta menjadi penceramah oleh sejumlah instansi.
Terkadang sulit memisahkan performa Asep sebagai Da’I atau akademisi (rektor). Namun, itulah fakta yang terjadi pada Rektor USB YPKP Bandung. ‘’Agama merupakan pondasi bagi kita dalam berinteraksi dengan lingkungan,’’ ujar Asep kepada Republika.
Penyandang doktor akuntansi dari Unpad itu relatif berhasil dalam memimpin kampus dengan ribuan mahasiswa tersebut. Sebelumnya, kampus USB YPKP sempat kekurangan mahasiswa hingga jumlahnya hanya 700-an. Kini, jumlah mahasiswanya mencapai ribuan.
Asep pun sengaja menularkan nilai-nilai agama di lingkungan kampusnya. Kegiatan membaca kitab Alquran yang dilakukan mahasiswa dan dosen, kerap mewarnai aktivitas di lingkungan Kampus USB YPKP.