REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Seminar bertema "Tenun Lurik 'Its History, Present and Future" digelar Fakultas Ekonomika dan Bisnis bersama Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (UGM). Seminar diikuti puluhan mahasiswa dan mahasiswi Hiroshima University of Economics dari Jepang.
Seminar diisi Kepala Bidang Perindustrian, Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Klaten, Yoenanto Sinung Noegroho. Sedangkan, talkshow diisi pengusaha-pengusaha lurik seperti Afriani Irfani dari Kurnia Lurik dan Safira Larasati dari Lurik Larasati.
Kegiatan itu rutin terselenggara atas kerja sama bertajuk Hiroshima University of Economics-Universitas Gadjah Mada Indonesia International Contribution Project (HUE-UGM IICP). Berjalan sejak 2006, kerja sama ini fokus mengembangkan dan melestarikan tenun lurik.
Koordinator dari Hiroshima University of Economics, Yamate mengatakan, kunjungan ini rutin dilakukan dua kali setiap tahun dengan mendatangkan setidaknya 50 mahasiswa member. Tentu, kegiatan itu terselenggara atas sinergi yang kuat.
"Berharap kegiatan ini bisa memberikan pembelajaran agar mahasiswa mampu bekerja sama, dan semoga sinergi ini dapat berlanjut," kata Yamate di Djarul Hall Pertamina Tower, FEB, UGM, Sabtu (24/2).
Senada, Koordinator dari Universitas Gadjah Mada, Ricky Setiawan menuturkan kegiatan ini memang diharapkan agar mahasiswa-mahasiswa lebih mengetahui perkembangan tenun lurik saat ini. Terlebih, potensi tenun lurik selama ini belum dikembangkan secara maksimal.
"Semoga ini sedikit banyak bisa bermanfaat bagi industri lurik di Indonesia," ujar Ricky.
Kinosuke, salah satu peserta seminar dan talkshow mengaku kegiatan memang telah dinanti- dinantikan. Tujuannya, agar mahasiswa-mahasiswa bisa mendapatkan informasi yang penting tentang tenun lurik.
Mahasiswa-mahasiswa Jepang berkunjung ke UGM mempelajari lurik.
Ia berharap, teman-temannya dari Hiroshima University of Economics, Universitas Gadjah Mada maupun masyarakat yang datang dapat meningkatkan pemahamannya tentang lurik. Apalagi, belakangan tenun lurik mendapat tantang globalisasi.
Sejauh ini, ia mengungkapkan, sinergi yang telah terlaksana membuahkan setidaknya dua toko di Jepang yang dimaksudkan menjual karya-karya seniman lurik Indonesia. Kerap mengundang decak kagum masyarakat Jepang, toko-toko itu kini memiliki omzet sekitar 60 jutaan.
"Tapi, yang kami lakukan sejauh ini merupakan usaha kecil saja, jadi diharapkan sinergi dapat terus terlaksana," kata Kinosuke.