Selasa 27 Feb 2018 17:22 WIB

Mahasiswi Bercadar Merasa Terdiskriminasi

surat secara spesifik menyebut pendataan dan pembinaan pada mahasiswa bercadar

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Esthi Maharani
Wanita bercadar.  (ilustrasi)
Foto: AP/Dar Yasin
Wanita bercadar. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga melakukan pendataan dan pembinaan bagi mahasiswi bercadar. Pendataan mahasiswi bercadar di UIN Sunan Kalijaga dilakukan berdasar surat resmi dengan nomorB-1031/Un.02/R/AK.00.3/02/2018, proses pendataan dilakukan hingga 28 Februari 2018.

Salah satu mahasiswi UIN Suka Yogyakarta, Dewi Mudrikah merasa terdiskriminasi atas adanya surat edaran itu. Apalagi, surat tersebut secara spesifik menyebut bahwa pendataan dan pembinaan dilakukan terhadap mahasiswi bercadar.

"Ini salah satu bentuk diskriminasi dengan alasan yang kurang logis, ujar Dewi kepada Republika, Selasa (27/2).

Mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam itu menilai, alasan pembinaan dianggap kurang logis karena pembinaan ini didasari oleh ketakutan pihak kampus yang hanya dipandang dari sebelah pihak saja.

"Memang mungkin sebagian dari mahasiswi bercadar yang menganut ajaran tertentu. Tapi mayoritas mahasiswi mengenakan cadar demi kenyamanan semata," ucapnya.

Dewi sendiri pun mengaku mengenakan cadar atas pertimbangan kenyamanan. Saat dalam proses perkuliahan di kelas, ia tak merasa keberatan untuk melepas cadar. Pasalnya, Dewi menilai bahwa muka bukan termasuk dalam bagian dari aurat.

Ia pun mengungkapkan, beberapa ragam alasan dari teman-temanya yang mengenakan cadar. Menurut dia, beberapa alasan pengenaan cadar di antaranya adalah faktor kenyamanan, proses hijrah, tuntunan syariat serta ajaran tertentu.

Terkait dengan pembinaan mahasiswi bercadar, di satu sisi ia pun sepakat dengan program itu. "Dalam rangka menghindari adanya mahasiswi bercadar yang menganut ajaran tertentu, maka pembinaan ini ada benarnya," kata dia.

Dewi pun berharap, melalui pendataan dan pembinaan ini, maka pengambil keputusan di UIN Sunan Kalijaga sekaligus dapat mendengar argumen dari para mahasiswi bercadar. Terutama terkait latar belakang dari penggunaan cadar itu sendiri.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement