Rabu 28 Feb 2018 18:59 WIB

Perjokian di Kampus Perluas Cakupan Target

Metode perjokian saat ini tidak hanya dilakukan untuk masuk ke prodi favorit.

Rep: Eric Iskandarsjah/ Red: Fernan Rahadi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Modus perjokian untuk masuk ke perguruan tinggi hingga kini masih marak terjadi dengan berbagai metode. Apalagi saat ini perjokian yang terjadi bukan hanya mengincar program studi favorit seperti kedokteran. Akan tetapi juga sudah mulai mengincar program studi yang telah terakreditasi A.

Hal tersebut disampaikan Mawardi Achmad, selaku Kepala Urusan Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Penmaru UMY), saat menerima kunjungan dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), di Gedung KH. Ibrahim, Lantai 5 Kampus Terpadu UMY, Rabu (28/2). Kunjungan yang dilakukan UMJ tersebut salah satunya bertujuan untuk studi banding berkaitan dengan penerimaan mahasiswa baru.

"Metode perjokian saat ini tidak hanya dilakukan untuk masuk ke program studi yang favorit seperti kedokteran. Namun juga berbagai program studi yang lain juga saat ini sudah menjadi target incaran. Khususnya bagi program studi yang telah terakreditasi A," ujar Mawardi.

Mawardi juga menambahkan untuk mengatasi hal tersebut pihaknya membuat sebuah tim anti perjokian yang bekerjasama dengan pihak kepolisian. Selain membuat 5.000 jenis soal berbeda, metode terbaru yang diterapkan adalah finger print dan foto wajah.

"Jadi sebelum memasuki ruang ujian, dilakukan finger scaning dan foto wajah. Setelah selesai ujian, peserta juga kembali melakukan finger scaning dan pengecekan wajah," jelasnya. Selain itu, lanjut dia, UMY sebelumnya juga mengadakan tes ujian tertulis di sekolah-sekolah.

Akan tetapi, tingkat keamanan dalam pelaksanaan ujian tersebut masih bisa ditembus oleh oknum-oknum yang terlibat dalam perjokian. Maka dari itu untuk saat ini UMY melakukan penghentian sementara.

Mawardi juga mengungkapkan bahwa praktik perjokian dengan modus memanfaatkan kecanggihan teknologi pun pernah terjadi. Diantaranya dengan merekam soal tes dan mengirimkannya keluar. Ketika dicegah dengan mengacaukan sinyal, berganti dengan metode lain yaitu menggunakan sinyal HT.

Bahkan setelah sinyal HT diblok masih dapat menggunakan metode memanipulasi lembar jawab komputer (LJK) sehingga mesin scanner melakukan kesalahan pembacaan. "Begitu gigihnya para pelaku perjokian dimungkinkan karena keuntungan yang didapatkan begitu besar hingga ratusan juta rupiah," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement