REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) baru saja mengukuhkan Prof Suroso sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pembelajaran Sastra Indonesia. Pengukuhan dilaksanakan langsung di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY.
Suroso membawakan pidato pengukuhan berjudul Religiusitas dan Humanitas dalam Sastra Indonesia Modern. Sebagian besar pidatonya banyak mengingatkan pentingnya bekal literasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Suroso turut memuji tokoh-tokoh terdahulu yang berperan penting menghidupkan literasi.
Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, jadi salah satu tokoh yang dipujinya karena sempat mengusulkan agar buku dibebaskan dari pajak. Menurut Suroso, langkah itu diambiil lantaran memahami betapa pentingnya literasi sebagai makanan jiwa.
"Dan demi mewujudkan bangsa berkepribadian budaya, sudah saatnya menempatkan sastra bagian dari politik kesastraan nasional," kata Suroso, Rabu (14/3).
Ia menekankan, jika sastra dianggap sederajat dengan bahasa Indonesia, sudah seharusnya ada upaya-upaya agar setiap anak mengenal sastra. Sayangnya, beberapa gagasan mengenai pendidikan sastra masih belum terwujud sepenuhnya.
Padahal, ia merasa, melalui politik kesastraan bangsa mampu memahami kebudayaan dan pikiran bangsanya sendiri. Jika kondisi itu terlelihara, Suroso meyakini masyarakat akan mampu menumbuhkan kepribadian Indonesia dalam keseharian.
Suasana haru mulai terdengar dari suara Suroso saat mengucapkan terima kasih kepada Prof Sayuti, guru kakak sekaligus pengganti orang tua yang pernah menangisinya karena iba. Ia merasa, jasa-jasanya tidak akan pernah terbalaskan
"Saya tidak akan mampu membalas kebaikannya," ujar Suroso.
Selain keluarga, Suroso turut berterima kasih kepada guru-guru bahasanya sejak SD, SMP sampai SMA. Dan, secara khusus kepada dosen-dosen bahasa yang ada di Universitas Negeri Malang dan Universitas Negeri Semarang.