REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yuanita Arizona, mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Fateta IPB) berkesempatan belajar dan mencari pengetahuan di luar negeri melalui program ASEAN International Mobility for Student (AIMS).
“Bagi saya ini merupakan sebuah mimpi besar yang menjadi kenyataan. Seperti mendapat dunia runtuh kala itu. Saya masih ingat persisnya saat di depan Masjid Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Jakarta, tiba-tiba mendapat pemberitahuan bahwa saya lolos sebagai salah satu (AIMS) di Universiti Teknologi Mara (UiTM) Malaysia periode September 2017 hingga Januari 2018,” jelas Yuanita, dalam siaran persnya, Kamis (15/3).
Yuanita sangat bersyukur atas apa yang ia dapatkan. Tidak hanya itu seluruh biaya dari kegiatan ini ditanggung Kementerian Riset, teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI. Saat mengikuti AIMS di Malaysia, ia mendapatkan pengalaman yang tidak terlupakan.
Pengalaman ini dimulai dari persiapan sebelum keberangkatan. Pengurusan passport, medical check up, visa, hingga menunggu Visa Approval Letter (VAL) yang cukup rumit menyisakan cerita tersendiri.
Di Negeri Jiran tersebut Yuanita beradaptasi dengan berbagai teman-teman yang memiliki budaya dan kebiasaan berbeda. Bahasa pengantar yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah Bahasa Inggris, dengan itu dapat mendorongnya untuk mengembangkan keterampilan komunikasi berbahasa Inggris.
Tidak hanya itu, Yuanita juga belajar berbahasa Melayu. Kampus memfasilitasi mahasiswa internasional untuk belajar Bahasa Melayu. Meskipun Bahasa Melayu tidak jauh berbeda dengan Bahasa Indonesia, tapi dengan belajar dan mempraktikkannya langsung di kehidupan sehari-hari di sana dapat meningkatkan khasanah berbahasa.
Yuanita memiliki kesempatan berkenalan dengan orang-orang baru dan membangun networking tidak hanya teman-teman lokal dari Malaysia tetapi teman-teman dari seluruh dunia seperti Korea Selatan, Jerman, Jepang, Afganistan, Thailand, dan sebagainya.
“Dengan mengikuti program AIMS dengan sendirinya kita pun turut serta dalam memperkenalkan Indonesia di dunia Internasional. Saya berkesempatan membawakan tarian “Manuk Dadali”. Semua orang sangat menikmati pertunjukkan bahkan di akhir acara mereka bersedia kembali menarikan secara bersama-sama. Kami pun bangga dapat memperkenalkan tarian asal Indonesia di dunia internasional,” imbuh Yuanita.
Menurut Yuanita, program AIMS ini sangat menarik untuk diikuti. Salah satu alasannya mengikuti program AIMS, karena persaingan tenaga kerja semakin meningkat, terlebih dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Lebih lanjut Yuanita mengatakan, dengan mengikuti program AIMS ini menjadi nilai tambah baginya di era saat ini. Perusahaan mencari lulusan yang dapat bekerja di tim multinasional, yang berbicara dalam berbagai bahasa, yang dapat bekerja dengan mudah melintasi zona waktu berbeda-beda, dan memiliki keluwesan serta kemampuan adaptasi yang didapatkan dari tinggal di luar negeri.
Bagi Yuanita ini merupakan kesempatan untuk mengembangkan ilmu, membuka pikiran, membangun relasi dengan teman internasional. “Saya anggap ini juga sebagai batu loncatan untuk merasakan bagaimana hidup di negeri orang, mengagumi indahnya ciptaan Tuhan dari belahan dunia yang berbeda,” ungkapnya.