REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI - Mahasiswi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi yang sebelumnya mengenakan cadar sebagai ekspresi beragamanya, kini memilih menggunakan masker. Para mahasiswi tersebut memilih mengenakan masker sebagai jalan tengah atas polemik pelarangan cadar di dalam lingkungan akademik.
Salah satu mahasiswi bercadar di IAIN Bukittinggi, Aisyah, mengaku bahwa sebetulnya bermasker bukanlah pilihan yang melegakan hatinya. Namun, cara ini dianggap menjadi solusi atas pro-kontra yang belakangan muncul akibat kebijakan kampus dalam membatasi pemakaian cadar. Ia memilih mengenakan masker untuk menghindari konsekuensi akademik dari kampus.
"Kami memakai masker karena ini jalan tengah dari masalah. Setelah awalnya kami dipanggil (pihak kampus)," ujarnya, Selasa (20/3).
Ia sendiri tak ingin terlalu terseret polemik yang ada soal cadar. Baginya, menggunakan masker merupakan siasat untuk mempertahankan cara berbusana yang ia yakini. Menurutnya, hingga saat ini tidak ada tekanan apapun dari pihak kampus yang berpengaruh kepada sanksi akademik. Meski begitu, ia mengaku ada kawannya sesama pengguna cadar yang mendapat tekanan akademik akibat keputusannya bercadar.
"Teman yang lain mereka lebih banyak tekanan. Kawan saya mengaku kalau keputusannya bercadar dikaitkan dengan perkuliahan dia," katanya.
Ia juga mengungkapkan, sikap mahasiswa dalam menghadapi kebijakan polemik bercadar pun terbelah. Sebagian mendukung, sebagian lagi menolak. Meski begitu, lanjutnya, kondisi saat ini lebih banyak mahasiswa yang memilih 'jalan tengah'.
"Sebetulnya mereka mengaku netral. Namun pada akhirnya terlihat bahwa kebanyakan pro kampus," katanya.
Hingga Selasa (20/3), pihak kampus IAIN Bukittinggi belum berubah pendirian soal kebijakan bercadar meski desakan untuk mencabut aturan itu terus bermunculan. Bahkan terakhir, salah seorang dosen di IAIN Bukittinggi yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatra Barat, Gusrizal Gazahar, mengirimkan surat pengunduran dirinya dari posisi pengajar. Pengunduran diri Buya Gusrizal merupakan bentuk sikap atas tidak sejalannya pandangan terhadap aturan soal cadar antara dirinya dan pihak rektorat IAIN Bukittinggi.