REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menargetkan setidaknya ada satu perguruan tinggi asing (PTA) yang akan beroperasi di Indonesia pada tahun 2018 ini. Rencananya, perguruan tinggi dari Australia akan menjadi PTA pertama yang beroperasi di Indonesia.
Menurut Dirjen Kelembagaan Kemenristekdikti Patdono Suwignjo, target tersebut juga sesuai dengan arahan Presiden RI Joko Widodo. Presiden, kata Patdono, ingin mengimplementasikan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership (IA-CEPA) yang baru ditandatangani oleh Presiden tanggal 16 Maret yang lalu.
"Karena CEPA itu kerja samanya baru antara Australia dan Indonesia, jadi presiden minta hanya dari Australia yang bisa buka perguruan tinggi di Indonesia pada tahun ini," kata Patdono kepada Republika, Kamis (22/3).
Kendati begitu, Patdono belum dapat menyebutkan perguruan tinggi mana yang akan berdiri di Indonesia. Hingga kini, lanjut Patdono, pihaknya dan beberapa perguruan tinggi Australia masih berunding terkait proses izin dan lain-lain.
Selain perguruan tinggi dari Australia, Patdono juga menyebutkan, pihaknya akan bertemu dengan beberapa perguruan tinggi asing di negara lain dalam waktu dekat. Seperti Melbourne University, Massachusetts-Institute-technology (MIT), North Carolina State University, The University of Alicante Geographical Information System (SIGUA) University.
"Mereka (perguruan tinggi disebut di atas, red) ada keinginan untuk mendirikan perguruan tinggi di Indonesia. Jadi dalam waktu dekat akan bertemu," kata Patdono.
Kedatangan PTA ke Indonesia sempat mendapat penolakan dari ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Budi Djatmiko. Penolakan PTA tersebut karena dikhawatirkan malah mematikan perguruan tinggi swasta (PTS) yang ada di Indonesia.