Sabtu 14 Apr 2018 19:55 WIB

Peneliti ITB: Impor Dosen Asing Bukan Ancaman

Pemerintah dinilai tetap perlu selektif dalam mengimpor dosen asing ke Indonesia.

Dosen yang sedang mengajar para mahasiswa (ilustrasi)
Foto: theguardian.com
Dosen yang sedang mengajar para mahasiswa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Agus Purwadi menilai impor dosen asing tidak akan mengancam eksistensi dosen lokal. Malah menurut dia, dosen asing akan memacu kualitas dosen lokal untuk terus berinovasi.

"Menurut saya kalau demikian maka tidak menjadi ancaman malah bisa positif untuk memacu kualitas dosen kita," kata Agus ketika dihubungi Republika, Sabtu (14/4).

Kendati begitu, dia menegaskan, pemerintah tetap perlu selektif dalam mengimpor dosen asing ke Indonesia. Mesti sesuai kebutuhan, kontrak kerjanya jelas, target capaian jelas, dan monitoring pelaksanaannya dilakukan dengan baik. "Itu perlu dilakukan jika ingin mengimpor dosen asing," jelas dia.

Pasca ditetapkanya Peraturan Presiden No. 20 Tahun 2018 tentang penggunaan tenaga kerja asing (TKA), telah membuka ruang bagi dosen asing untuk bekerja di Indonesia. Tercatat hingga saat ini terdapat 30 orang asal luar negeri telah resmi mengajar.

Menurut data yang dilansir dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Pemerintah telah menargetkan sebanyak 200 dosen untuk dipekerjakan di Indonesia.

Menristekdikti Mohammad Nasir mengatakan, dosen yang akan didatangkan dari luar negeri tidak sembarangan. Mereka merupakan dosen yang paham dan ahli di sejumlah bidang seperti ilmu alam, mesin, teknologi, atau matematika. Saat ini sudah ada sejumlah pengajar yang berminat masuk ke Indonesia seperti dari Australia, Inggris, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika.

"Selama ini sudah banyak dosen dari luar negeri yang mengajar di Indonesia. Mayoritas dosen tersebut berasal dari Australia, Jepang, dan Korea Selatan. Akan tetapi, status mereka sebagai dosen tamu," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement