REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Al-Azhar Indonesia Agus Surono menilai anggaran Rp 300 miliar untuk gaji dosen asing belum mendesak. Dibandingkan untuk mendatangkan dosen asing, pemerintah sebaiknya mengalihkan dana tersebut guna meningkatkan kualitas dosen yang ada saat ini.
Misalnya, dia menyontohkan, memfasilitasi penelitian dan pengabdian masyarakat. "Intinya untuk mendukung kegiatan tridrama perguruan tinggi yang sudah berjalan selama ini dan membutuhkan peningkatan dukungan," ucapnya saat dihubungi Republika, Jumat (20/4).
Agus juga menilai keberadaan dosen asing untuk menunjang penelitian juga bukan kebutuhan kekinian. Sebab, dosen lokal masih memiliki potensi besar dari segi kemampuan untuk melakukan penelitian.
Hanya, dia mengakui, dosen lolak masih kurang trigger dan masih minim akses ke dunia industri. Kendati demikian, dia menambahkan, seharusnya poin ini yang menjadi fokus pemerintah.
Di UAI, Agus mengatakan, tenaga dosen lokal saat ini sudah mampu memenuhi kebutuhan pendidikan. Tenaga dosen lokal cukup memadai untuk melakukan tridarma pendidikan, yakni pengajaran kepada mahasiswa, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
"Sejauh ini, dosen kami masih bisa melakukan tridarma," ujarnya.
Sementara itu, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria menyambut baik atas rencana mendatangkan dosen asing. Menurutnya, ini merupakan momentum di mana pendidikan tinggi di Indonesia harus membuka diri ke dunia internasional.
Menurut dia salah satu cara membuka diri ke dunia internasional ini dengan turut menggaet dosen asing untuk transfer pendidikan dan pengalaman ke para pengajar di Indonesia. "Dosen asing diharapkan bisa membantu meningkatkan publikasi internasional dan penguatan kerjasama dengan universitas ternama dunia," kata lelaki kelahiran 17 September 1971 tersebut.
Arif menyebut Hongkong sebagai contoh negara yang mengalami kemajuan secara pesat karena sudah mempekerjakan dosen asing dari universitas ternama. Dosen asing itu tidak datang sendiri-sendiri melainkan dengan jejaring yang sudah mereka bangun dan miliki.
Akan tetapi, dia menambahkan, pemerintah harus melakukan seleksi ketat terhadap dosen asing yang hendak masuk ke Indonesia. Kriteria dosen asing harus benar-benar sesuai tujuan pemerintah yang ingin memajukan pendidikan tinggi Indonesia.
"Dosen tersebut harus berasal dari universitas top dunia yang memiliki reputasi keilmuan dan punya jejaring kuat," ucap Arif.
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) berencana mendatangkan dosen asing ke Indonesia dan menyediakan anggaran Rp 300 miliar untuk menggaji mereka. pada Kamis (19/4), Dirjen Sumber Daya IPTEK dan Dikti Prof Ali Ghufron juga menjelaskan, ada beberapa skema yang telah dirancang oleh Kementerian terkait proses masuk dan penyebaran dosen asing.
Di antaranya, atas pengajuan atau permintaan perguruan tinggi, atau melalui undangan kepada negara bersangkutan. Setidaknya 70 perguruan tinggi sudah mengajukan agar dosen asing bisa mengajar. Perguruan tinggi tersebut seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Baca Juga: Kemenristekdikti Anggarkan Rp 300 Miliar untuk Gaji Dosen Asing