REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Delegasi Kedutaan Besar Kanada yang dipimpin langsung oleh Duta Besar Kanada untuk Indonesia H E Peter MacArthur berkunjung ke kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada Kamis (3/5). Kehadiran delegasi ini guna membahas perkembangan kerja sama antara ITS dengan beberapa universitas di Kanada, utamanya terkait pengembangan jurusan aktuaria di Indonesia.
Seperti diketahui, mulai tahun ini ITS telah membuka Departemen Sains Aktuaria yang diinisiasi oleh dua departemen yang ada sebelumnya, yakni Matematika dan Statistika. Untuk pendirian departemen Sains Aktuaria ini, ITS juga telah menjalin kerja sama dengan University of Waterloo, Kanada.
(Baca: ITS Buka Departemen Aktuaria)
Rektor ITS Joni Hermana mengatakan, departemen Sains Aktuaria ini sangat prospek di masa depan. "Saya berharap ada kerja sama lain antara universitas-universitas di Kanada dengan ITS untuk pengembangan ilmu akturia ini lebih jauh lagi," kata guru besar Teknik Lingkungan di sela pertemuan.
Menanggapi hal tersebut, H E Peter MacArthur mengungkapkan rasa senangnya bisa bekerja sama dengan ITS. Dia juga menyatakan akan ada peningkatan dalam seluruh aspek yang berkaitan dengan ilmu aktuaria. Bahkan, tidak menutup kemungkinan adanya kerja sama program studi master degree di University of Waterloo.
"Ke depannya pengembangan kerja sama akan terus kami tingkatkan mulai dari kerja sama penelitian, training, maupun pemberian beasiswa," kata dia.
Heri Kuswanto, ketua Departemen Pascasarjana Statistika ITS menjelaskan, aktuaria merupakan ilmu yang mempelajari pengelolaan risiko keuangan di masa mendatang. Namun, hampir 90 persen aktuaris yang bekerja di Indonesia saat ini masih merupakan tenaga ahli dari luar Indonesia.
Ada delapan perguruan tinggi yang ditunjuk untuk mendirikan aktuaria ini di antaranya ITB, UI, IPB, UM, ITS, Universitas Pelita Harapan (UPH), dan Universitas Prasetiya Mulya, kata Heri.
Heri mengatakan, untuk lebih memaksimalkan dan memajukan jurusan aktuaria yang terhitung baru ini, ITS menggandeng University of Waterloo. Penggandengan dilakukan melalui sebuah lembaga non-government dari Kanada bernama Risk Management, Economic Sustainability and Actuarial Science Development in Indonesia (READI). Kemudoam Pemerintah Kanada dalam hal ini memfasilitasi dosen serta mahasiswa dalam bentuk pemberian beasiswa.
"Sebanyak 18 mahasiswa saat ini mendapatkan beasiswa dari READI berupa biaya kuliah dan living cost selama kuliah di ITS," ujar Heri.