REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan, jumlah jurnal ilmiah yang terakreditasi di Indonesia masih minim. Setidaknya, dari 51.158 jurnal yang terdaftar di International Standard Serial Numbers (ISSN), hanya 530 jurnal ilmiah yang terakreditasi.
Artinya, sebanyak 50.628 jurnal belum terakreditasi. “Ya, itu mesti kita dorong,” kata Nasir di Gedung Kemenristekdikti, Senayan, Jakarta, Kamis (17/5).
Dia menjelaskan 530 jurnal tersebut terakreditasi di LIPI dan Kemristekdikti. Rinciannya, 197 jurnal terakreditasi LIPI, dan 333 sisanya terakreditasi Kemristekdikti.
Dia menerangkan peringkat akreditasi dibagi menjadi enam klaster. Peringkat pertama, lanjut Nasir, nilainya minimal 85 sampai 100, peringkat kedua nilai minimal 70, peringkat ketiga minimal 60, peringkat keempat minimal 50, peringkat kelima minimal 40, dan peringkat keenam minimal 30.
Dia menyebutkan untuk jurnal yang mendapatkan peringkat pertama sudah tergolong jurnal internasional, yang disesuaikan dengan standar Scopus. “Sedangkan peringkat kedua sampai keenam masuk jurnal nasional,” jelas dia.
Selain perkara akreditas, Nasir menyebutkan, problem selanjutnya terkait publikasi ilmiah, yakni jumlahnya yang terlalu banyak. Nasir menerangkan, sebenarnya Indonesia telah kebanjiran jurnal ilmiah.
Jika merujuk pada kebutuhan, Indonesia hanya membutuhkan 7.817 jurnal ilmiah, atau hanya 15 persen dari jurnal yang sekarang terbit. “Tentunya jurnal tersebut mesti mampu menjawab kebutuhan bangsa, berkualitas, dan terakreditasi,” kata dia.
Karena itu, dengan penerbitan Permenristekdikti 9/2018 tentang tentang Akreditasi Jurnal dan Perkembangan Science and Technology Index (SINTA), Nasir berharap semakin banyak jurnal Indonesia yang terakreditasi. Dia juga optimistis, jika semakin banyak jurnal yang terakreditasi maka Indonesia memiliki peluang yang cukup besar untuk berubah menjadi negara maju.
“Kalau 51.158 itu bisa masuk peringkat (akreditasi) semuanya, maka Indonesia mungkin bisa bersaing dengan Amerika,” kata dia.
Baca Juga: Menristekdikti Targetkan Publikasi Ilmiah Indonesia Lampaui Malaysia