REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mengaku mengimplementasikan beberapa program supaya universitas-universitas di Indonesia bisa masuk masuk lima besar universitas terbaik di Asean maupun dunia versi QS World University Ranking.
Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti Kemenristekdikti Patdono Suwignjo mengakui, dibandingkan negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) seperti Singapura dan Malaysia, Indonesia masih ketinggalan. Karena itu, kata dia, saat ini pemerintah sudah membuat beberapa program untuk meningkatkan ranking perguruan-perguruan tinggi Tanah Air menurut QS World university.
"Seperti mulai 2015 kami memiliki program world class university (WCU). Definisi world class university adalah paling tidak ranking perguruan tinggi di Indonesia masuk 500 besar dunia versi QS World University Ranking," katanya saat dihubungi Republika, Sabtu (23/6).
Jadi, kata dia, perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia dipilih untuk menjadi WCU. Ia menerangkan, Kemenristekdikti menargetkan 2019, beberapa perguruan tinggi masuk kriteria WCU di antaranya Universitas Indonesia (UI), Universitas Airlangga (Unair), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM).
Hasilnya, ia mengklaim, UGM jika dua tahun lalu belum masuk 500 top universitas terbaik dunia versi QS World University Ranking, kemudian tahun lalu sudah masuk peringkat 400-an dan peringkatnya tahun ini membaik yaitu 391. Jadi, kata dia, peringkat UGM membaik 10 peringkat.
Ia menambahkan, kalau dilihat sudah ada perbaikan ranking-raking tetapi memang meski Indonesia berusaha baik tetapi di satu sisi, negara-negara lainnya juga berusaha untuk baik. "Jadi persaingannya menjadi sangat sulit, tetapi kita tidak harus putus asa," katanya.
Bahkan Kemenristekdikti, kata dia, juga berencana memasukkan Universitas Hasanuddin (Unhas), Institut Teknologi 10 November (ITS), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Padjajaran (Unpad) sebagai WCU agar masuk kriteria 500 universitas yang terbaik dunia versi QS World University Ranking. Pihaknya berencana akan masukkan pada 2020-2024 mendatang.
"Karena kalau berbicara pendidikan maka waktu yang dibutuhkan bukan setahun dua tahun tetapi waktu jangka panjang yaitu 10 hingga 30 tahun. Itupun program ini harus konsisten, karena kalau kami tahun ini membuat program tapi lima tahun lagi tidak membuat program ya percuma," ujarnya.
Selain itu, kata dia, kemenristekdikti juga diakuinya memiliki program world class professor supaya peringkat kampus di Indonesia versi QS World University Ranking naik. Dengan adanya program ini, ia menyebut profesor kelas dunia diminta untuk mengajar di Indonesia.
Selain itu, Kemenristekdikti juga memiliki program peningkatan publikasi internasional seperti jurnal. "Mudah-mudahan dengan cara itu, setiap tahun ada perbaikan dan universitas-universitas seperti UI dan ITB bisa 200 besar dunia.Tetapi memang perlu waktu yang lama untuk bisa meningkatkan rangkingnya," ujarnya.
Apalagi, kata dia, peningkatan mutu kampus terkendala pendanaan. Ia menyontohkan di Singapura digelontor uang yang tidak terbatas untuk mendatangkan profesor top dunia. Profesor ini digaji besar untuk mengajar di perguruan tinggi Singapura.
Ini terbukti dari anggaran WCU Indonesia dibandingkan Singapura tidak sampai 1 persen. "Artinya dana sangat berpengaruh untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)," ujarnya.
Disinggung mengenai tambahan dana dari pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas kampus Indonesia, ia pesimistis. Menurutnya pemerintah tidak punya dana untuk melakukannya. "Apalagi sekarang kan anggaran pemerintah fokus di infrastruktur," katanya.
Sebelumnya, QS World University Ranking telah merilis pemeringkatan universitas terbaik di Asia untuk tahun 2018-2019. Dari daftar tersebut, negara-negara Asia Tenggara tergabung dalam Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) seperti Thailand, Vietnam, Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, Myanmar (Birma), Kamboja, Laos, dan Brunei berhasil memasukan 42 univesitas terbaik mereka.
Berikut pemeringkatan 10 universitas terbaik di ASEAN:
1. National University of Singapore (NUS), Singapura (urutan 11 dunia)
2. Nanyang Technological University (NTU), Singapura (urutan 12 dunia)
3. Universiti Malaya (UM), Malaysia, (urutan 87 dunia)
4. Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Malaysia (urutan 184 dunia)
5. Universiti Putra Malaysia (UPM), Malaysia (urutan 202 dunia)
6. Universiti Sains Malaysia (USM), Malaysia (urutan 207 dunia)
7. Universiti Teknologi Malaysia, Malaysia (urutan 228 dunia)
8. Chulalongkorn University, Thailand (urutan 271 dunia)
9. Universitas Indonesia (UI), Indonesia (urutan 292 dunia)
10. Universiti Brunei Darussalam (UBD), Brunei (urutan 323 dunia)
Di samping Universitas Indonesia (UI), beberapa universitas lain juga masuk dalam pemeringkatan yang dirilis QS World University Ranking yakni:
Institut Teknologi Bandung (ITB): peringkat 11 ASEAN dan 359 dunia.
Universitas Gadjah Mada (UGM): peringkat 14 ASEAN dan 391 dunia.
Universitas Padjajaran (Unpad): peringkat 25 ASEAN dan 651 - 700 dunia.
Institut Pertanian Bogor (IPB): peringkat 26 ASEAN dan 651 - 700 dunia.
Universitas Airlangga (Unair): peringkat 29 ASEAN dan 751 - 800 dunia.
Universitas Diponegoro (Undip): peringkat 32 ASEAN dan 801 - 1000 dunia.
Institut Teknologi Sepuluh November (ITS): peringkat 38 ASEAN dan 801 - 1000 dunia.
Universitas Brawijaya (UB): peringkat 39 ASEAN dan 801 - 1000 dunia.
QS World University Ranking menggunakan 6 indikator penting dalam pemeringkatan yaitu: Reputasi Akademik, Reputasi Lulusan, Rasio Fakultas dan Mahasiswa, Kutipan Jurnal Ilmiah, Fakultas Internasional dan Mahasiswa Internasional.
Pemeringkatan QS World University Ranking juga digunakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi serta Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti) sebagai salah satu tolak ukur universitas di Indonesia menuju universitas kelas dunia.