REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi universitas dengan nilai rerata diterima tertinggi dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) mengalahkan UI dan UGM. Dalam bidang saintek, ITB meraih nilai rerata 659,26 dan untuk nilai rerata bidang soshum sebanyak 648,33.
Rektor ITB Prof Kadarsah Suryadi memprediksi, capaian nilai rerata tertinggi itu disebabkan karena persaingan masuk ke ITB sangat ketat. Sehingga setiap peserta benar-benar berjuang mengisi soal agar bisa lolos di program studi yang diidamkan di ITB.
“Persaingan masuk ke ITB mungkin emang sangat ketat, untuk satu kursi bisa diperebutkan 20-30 orang. Tergantung jurusan yang dipilih pendaftar. Jurusan SBM (sekolah bisnis manajemen) memang trennya terus meningkat. Seni rupa juga. Tapi jurusan teknik memang paling bersaing,” kata Rektor ITB Kadarsah di kantor Kemenristekdikti, Selasa (3/7).
Kadarsah menegaskan, ITB menyediakan 3.960 kursi untuk calon mahasiswa 2018/2019. Dari total tersebut, sebanyak 2.376 kursi untuk mahasiswa berprestasi melalui jalur Seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), sedangkan sebanyak 1.584 kursi lainnya untuk mahasiswa yang lolos tes SBMPTN.
“DI ITB tidak ada jalur mandiri. Jadi jika nanti pun ada peserta yang lolos SBMPTN namun tidak mendaftar ulang, ya sudah kami tidak akan membuka jalur lain untuk mengganti kekosongan tersebut,” kata dia.
Ketua Panitia Pusat Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) PTN 2018 Ravik Karsidi mengatakan, di bidang saintek, Universitas Indonesia (UI) menempati posisi kedua setelah ITB dengan nilai rerata 638,29. Sedangkan untuk posisi ketiga ditempati Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan nilai rerata 632,79.
Dalam bidang soshum, UGM menempati posisi kedua setelah ITB dengan nilai rerata 648,08. Posisi ketiga ditempati UI dengan nilai rerata 643,47.