Kamis 05 Jul 2018 11:59 WIB

Film Karya UMY Sukses Diputar di Sebelas Kota

Film ‘Toedjoeh Kata’ mengisahkan Ki Bagus Hadikusumo.

Rep: Eric Iskandarsjah/ Red: Dwi Murdaningsih
Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di Yogyakarta.
Foto: muhammadiyah.or.id
Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Sebuah prestasi kembali ditorehkan oleh mahasiswa UMY lewat karya film Toedjoeh Kata dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kine UMY. RM Dimas Widiarto selaku Pengarah Film saat ditemui pada Kamis (5/7) mengatakan, pemutaran film independen yang telah dilakukan sejak bulan Mei 2017 ini, berhasil meraih 5000 lebih penonton dari 22 kali penayangan ke 11 kota di Jawa, Sulawesi, Sumatera serta Kalimantan.

Kota-kota tersebut diantaranya seperti Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Bandung, Bandar Lampung, dan Pontianak. Selain itu, film ini juga diputar di Solo dalam memperingati hari proklamasi RI atas undangan dari Dewan Syariah Kota Surakarta.

“Keberhasilan ini tidak terlepas dari kerjasama yang baik dari berbagai kota melalui jalinan lintas komunitas, seperti Go Hijrah di Surabaya, Jejak Islam untuk Bangsa di Jakarta, Teras Dakwah di Jogja, dan sebagainya,” ujar Dimas.

Pemutaran di berbagai kota ini didukung pula oleh banyaknya permintaan dari lembaga-lembaga pendidikan setingkat SMP, SMA, madrasah, dan pesantren yang meyakini bahwa pemutaran film ‘Toedjoeh Kata’ bisa membantu para pengajar untuk memberikan pemahaman sejarah yang benar kepada peserta didik.

Dimas menceritakan bahwa film Karya sineas dari Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini mengisahkan Ki Bagus Hadikusumo dalam tragedi pencoretan 7 kata tentang syariat Islam menjelang sidang PPKI, 18 Agustus 1945. ‘Toedjoeh Kata’ adalah film dokumenter pertama sejak proklamasi Republik Indonesia yang mengulas fakta sejarah di balik pengubahan Piagam Jakarta yang sesungguhnya telah disepakati sidang BPUPKI, 22 Juni 1945.

"Dengan mengungkapkan peristiwa yang selama 70 tahun tersembunyi dari narasi historiografi negeri ini, dapat dipahami ketika film ini ternyata disambut antusias oleh masyarakat dan peminat sejarah khususnya. Sehingga dalam beberapa pemutarannya pun dihadiri ratusan penonton yang bahkan sebagian datang dari luar kota," kata Dimas.

Menariknya, film ini mempersatukan segmentasi penonton yang terdiri dari remaja belasan tahun sampai veteran pejuang kemerdekaan. Pada diskusi pemutaran, ada kesaksian yang mengesankan dari penonton berusia lanjut yang dulu pernah berinteraksi langsung dengan tokoh Kasman Singodimejo di dalam film ini.

"Kasman merupakan sosok terlupakan dalam sejarah Indonesia yang sejatinya ikut berperan besar bagi negeri ini, terutama ketika Ki Bagus menghadapi dilema penghapusan sementara 7 kata dari Piagam Jakarta. Setelah Ki Bagus wafat, sosok inilah yang kemudian menagih janji pengembalian hak umat Islam itu dalam konstitusi," ujarnya.

Dimas juga menyampaikan bahwa ada harapan cukup besar diantara para penonton yang menginginkan ‘Toedjoeh Kata’ bisa dilanjutkan dalam film sequel, prequel, atau tambahan durasi. Sehingga tersaji gambaran utuh dalam pemahaman sejarah yang dapat merangkai trilogi perjuangan konstitusional umat Islam sejak BPUPKI, PPKI sampai Konstituante era 1950-an.

"Film ini menjadi media edukasi yang menjembatani aspirasi antar generasi dari terputusnya rangkaian sejarah. Setelah menjangkau berbagai kota di dalam negeri dan sempat pula menjadi semi-finalis dalam festival film di Afrika, harapan ke depan untuk Toedjoeh Kata di pemutaran keliling tahun ke 2 adalah jangkauan pemutaran yang lebih luas di luar negeri, sehingga bisa mewakili pemaparan sejarah Indonesia bagi publik internasional," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement