REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Industri kerajinan lilin terus mengalami perkembangan. Kali ini, sekelompok mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) mengembangkan lilin aromaterapi dengan bahan minyak kedelai.
Lilin tidak sekadar alat penerangan. Seiring perkembangan zaman, lilin sudah mampu menjadi gaya hidup mulai dari dekorasi, relaksasi dan koleksi. Peluang ini yang dimanfaatkan lima mahasiswa UII.
Pengembangan itu sekaligus jadi usaha menyumbangkan inovasi demi memajukan perekonomian lokal DIY. Mereka adalah Devina Ayu, Amri Yahya, Muhammad Alfan Auliya, Auliya Agustia Yuniar dan Nur Arif Hidayati dari Ilmu Kimia.
Mereka berhasil mengembangkan inovasi lilin bernama Letera, yang merupakan lilin aromaterapi dari minyak esensial. Pengembangan dilakukan di bawah bimbingan Nurcahyo Imam Prakoso selama tujuh bulan.
Ketua Kelompok, Devina menjelaskan, inovasi bertujuan meningkatkan ekonomi dan diversifikasi produk essential oil sebagai komoditas asli dalam negeri. Serta, untuk efek farmakoterapi yang dihasilkan produk lilin aromaterapi.
"Diharapkan, dapat memberikan alternatif pengobatan permasalahan kecemasan bagi masyarakat khususnya di daerah perkotaan," kata Devina.
Lilin Lentera dibuat dari bahan baku yang berbeda dengan lilin yang biasanya di pasaran. Lilin aromaterapi tersebut diproduksi dengan menggunakan minyak kedelai sebagai bahan bakunya.
"Produk dibuat dari minyak kedelai karena mampu menghasilkan lilin dengan kualitas lebih unggul dibandingkan dengan lilin-lilin yang ada di pasaran," ujar Devina.
Pembakaran dari lilin Lentera menghasilkan gas yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, proses pembakaran lebih lama dibandingkan dengan produk lilin dari parafin.
Itu lantaran terbuat dari minyak nabati dan mampu mengikat essential oil secara efektif, sehingga mampu memberikan efek farmakologi optimal. Keunggulan itu yang membuat mereka yakin Lentera dapat bernilai ekonomi tinggi.
Selain itu, bentuk lilin Lentera berbeda dengna yang selama ini ada di masyarakat seperti tabung memanjang puih. Lentera, berupa wadah yang memberi tampilan unik, bernilai dekoratif, serta inovatif.
"Karena wadah yang dipakai ini memiliki nilai tambah berupa unsur estetika yang mampu menghadirkan media terapi kekinian, sehingga dapat disesuaikan untuk semua kalangan," kata Devina.
Penggunaan strategi yang tidak biasa menambah keyakinan kelima mahasiswa, kalau inovasi mereka mampu bersaing secara global. Mereka memakai Bussiness Model Canvas (BMC) yang tentu menambah nilai penjualan secara global.