REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Tim mahasiswa dari Departemen Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya melakukan penelitian limbah aren yang diketahui ternyata mengandung zat penyusun bioetanol (bahan bakar). Tim tersebut terdiri dari Anastasia Sandra Dewi, Richie Andyllo Stefanus, dan Maria Amelia Sandra di bawah bimbingan Tri Widjaja.
Ketua tim Anastasia Sandra Dewi mengaku, penelitian berawal dari kekhawatiran akan limbah hasil industri yang jika tidak dimanfaatkan lebih lanjut, akan menjadi sampah yang menimbulkan kerusakan lingkungan. Tidak terkecuali limbah padat pada industri tepung aren.
Sandra menjelaskan, setelah diteliti, ternyata limbah padat aren mengandung bahan yang berlignoselulosa (lignin, selulosa, dan hemiselulosa). "Zat selulosa dan hemiselulosa ini dapat dihidrolisa atau dipecah molekul airnya menjadi gula reduksi kemudian difermentasi menjadi bioetanol," kata Sandra dalam pesan singkatnya, Senin (23/7).
Namun demikian, kata Sandra, kandungan zat lignin yang cukup tinggi telah membungkus kaku keberadaan selulosa dan hemiselulosa. Sehingga diperlukan proses pretreatment atau perlakuan pendahuluan.
Menurutnya, proses pretreatment berguna untuk melarutkan lignin agar zat selulosa dan hemiselulosa dapat dipakai secara maksimal. “Pada proses ini, kami menggunakan kombinasi pretreatment asam (asam sulfat 5 persen) dan organoslov (etanol 51,29 persen)” ujar Sandra.
Sandra melanjutkan, seusai melalui tahap pretreatment, penelitian dilanjutkan dengan tahap hidrolisa enzim. Hidrolisa enzim berguna untuk menghidrolisa selulosa dan hemiselulosa yang diperoleh dari proses pretreatment menjadi gula reduksi, yakni glukosa dan xylosa.
“Kami menggunakan dua enzim yaitu enzim selulase dan xylanase serta surfaktan tween 80 untuk melakukan proses ini,” kata mahasiswi asal Jakarta tersebut.
Sandra menambahkan, setelah mendapatkan gula reduksi, terdapat tahap terakhir yakni proses fermentasi. Melalui fermentasi ini, tim menggunakan jamur saccharomyces cerivisae yang berguna untuk mengkonversi atau mengubah gula reduksi menjadi bioetanol.
“Proses ini dilakukan di incubator shaker selama 72 jam pada suhu 35 derajat celcius agar memperoleh hasil yang maksimal," kata Sandra
Richie Andyllo Stefanus mengaku, karya penelitian Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ini membutuhkan total waktu sekitar delapan hari. Lama hari tersebut dihitung tanpa analisa dengan perolehan 0,42 persentase volume per volume (0,42 persen v/v) bioetanol dari 50 gram limbah padat aren.
“Itu hanya skala laboratorium, untuk skala besar bisa menghasilkan beberapa liter bioetanol,” kata Richie.
Richie berharap, hasil karya penelitiannya ini bisa dikembangkan lagi dan diaplikasikan dalam skala yang lebih besar oleh pihak industri. Juga, limbah padat aren yang telah menumpuk dan menjadi sampah lingkungan itu bisa disegerakan untuk dimanfaatkan kembali oleh pihak industri menjadi bahan bakar alternatif dan ramah lingkungan (bioetanol).