REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Universitas Alma Ata (UAA) Yogyakarta menjalin kerja sama dengan South East Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO). Kerja sama bertujuan meningkatkan kualitas dosen-dosen matematika.
Kerja sama fokus kepada Regional Center for Quality Improvement of Teachers and Education Personnel (QITEP) in Mathematics (Seaqim). Naskah kerja sama ditandatangani Rektor UAA, Hamam Hadi dan Direktur Seaqim, Wahyudi.
Selain penandatangan, langsung dilaksanakan implementasi kerja sama dengan menggelar kuliah umum. Kuliah menghadirkan pakar matematika dari University of Western Sydney, Austalia, Allan L White.
"Kuliah umum ini merupakan wujud nyata MoU, kami menghadirkan Allan L White dari University of Western Sydney, Austalia, membawakan kuliah umum dengan topik revolusi industri 4.0 untuk pendidikan matematika," kata Wahyudi.
MoU Universitas Alma Ata (UAA) dengan South East Asian Minister of Education Organization (SEAMEO). (istimewa)
Wahyudi mengatakan, Prodi Pendidikan Matematika UAA masih sangat muda. Sehingga, pihaknya siap bekerja sama untuk mengadakan program bersama demi peningkatan kualitas dosen-dosen maupun mahasiswa-mahasiswa UAA.
Seaqim memiliki pengembangan alat peraga, tema-tema kursus meliputi realitic mathematic education, sampai joyfull and meaningfull matematic. Program itu merupakan amanah Mendikbud, yang ingin matematika menyenangkan dan bermakna.
"Saya harapkan nanti UAA bisa mencetak guru-guru matematika yang menginspirasi, guru yang dikangeni, bukan menakutkan," ujar Wahyudi.
Rektor UAA, Hamam Hadi menekankan, memasuki era revolusi industri anak didik harus dipersiapkan tiga bekal. Mulai dari bekerja yang pekerjaannya saat ini belum ada, sampai menyelesaikan masalah yang saat ini belum muncul.
Selain itu, anak didik harus mampu menggunakan teknologi yang saat ini belum ditemukan. Karenanya, jadi pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi dunia pendidikan, untuk bisa menghadapi semua tantangan tersebut.
"Syarat penting yang harus dipenuhi, bagaimana menyiapkan kualifikasi dan kompetensi guru yang berkualitas," kata Ketua Departemen Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) DIY tersebut.