Kamis 02 Aug 2018 18:15 WIB

Tiga Mahasiswa Ini Ciptakan 'Formalin' dari Batok Kelapa

Mahasiswa Brawijaya membuat asap cair dari batok kelapa yang aman digunakan

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menemukan asap cair dari batok jelapa bisa menjadi bahan pengawet formalin
Foto: Humas UB
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menemukan asap cair dari batok jelapa bisa menjadi bahan pengawet formalin

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Selama ini mayoritas masyarakat sering menggunakan formalin sebagai penghambat bakteri pada makanan terutama ikan. Mereka menggunakannya terlepas karena ketidaktahuan akan bahaya formalin atau ingin meraup untung yang sebesar-besarnya.

Berangkat dari permasalahan tersebut, tiga mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK-UB) mencoba mencari terobosan baru. Mereka meneliti untuk menemukan alternatif bahan pengawet formalin, yakni dengan menciptakan asap cair dari batok kelapa. 

photo
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menemukan asap cair dari batok jelapa bisa menjadi bahan pengawet formalin

Adapun para peneliti muda tersebut, seperti Dysa Nurrachma, Chusnul Liyah, dan Mahbubur Rahman. Di bawah bimbingan dosen Hartati Kartikaningsih, mereka menggagas kegiatan tersebut melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai oleh Kemenristekdikti.

Ketua Tim Dysa Nurrachma menyampaikan, selama ini memang telah tersedia metode pengasapan dengan cara meletakkan ikan di atas kayu yang diasapkan. "Namun metode tersebut kurang efektif dan berpotensi menumbuhkan bakteri dari cemaran udara," katanya. 

Dari kekurangan tersebut, Dysa dan kelompok pun membuat asap cair dari batok kelapa yang dinamakan Coconut Shell Liquid Smoke (CS-LS). Nilai rendemen Coconut Shell Liquid Smoke (CS-LS) grade tiga sebesar 11,76 persen. Sementara grade dua sebesar 11 persen lalu lainnya 11,37 dengan rata-rata efisiensi destilator sekitar 93,34 persen.

"Pengaplikasian pada bahan pangan khususnya pada hasil perikanan merupakan parameter yang penting sebagai penentu kualitas dari Coconut Shell Liquid Smoke (CS-LS) sebagai bahan pengawet pengganti formalin yang aman untuk digunakan," ujar dia melalui keterangan resmi yang diterima Republika, Kamis (2/8).

Pada pengaplikasiannya, Dysa menerangkan, menggunakan empat sampel uji. Keempat sampel tersebut berupa ikan kembung segar ukuran 250 sampai 300 gram bentukan whole dan fillet. Kemudian udang vannamei kecil ukuran konsumsi bentukan whole dan butterfly

Langkah selanjutnya, yakni dengan pemilihan penggunaan konsentrasi 7,5 dan 10 persen. Penggunaan ini perlu dilakukan karena pada konsentrasi tersebut Coconut Shell Liquid Smoke (CS-LS) sudah mulai dapat membentuk zona hambat. 

Hasilnya, konsentrasi yang diaplikasikan pada ikan dan udang bentukan whole dapat bertahan selama dua hari. Sementara bentukan fillet dan butterfly bisa bertahan selama tiga hari pada suhu ruang. Masa simpannya mampu diperpanjang dengan penyimpanan pada suhu rendah.  "Dan dibandingkan dengan penggunaan ikan berformalin, ini bisa bertahan hingga tiga sampai empat hari pada suhu ruang," tambah dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement