REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Bupati Kulonprogo, DIY, Hasto Wardoyo, menjadi salah satu pembicara di Stadium General Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 31 UNY. Dalam paparannya, ia mengingatkan jika kemampuan otak harus senantiasa diasah.
Ia menekankan, walau seseorang sudah cerdas atau memiliki kemampuan memahami banyak hal, kemampuan otak tidak bisa dibiarkan begitu saja. Artinya, harus selalu ada kegiatan-kegiatan yang mengasah kemampuan otak.
"Sehingga, kesempatan apapun, seperti Pimnas, sangat bagus dan diharapkan jadi wadah kita mengasah otak dan kemampuannya," kata Hasto, di Ruang Sidang Senat Utama UNY.
Terlebih, fenomena perkembangan ilmu pengetahuan saat ini berlangsung begitu cepat. Apa yang dipelajari seseorang, dapat mengalami perkembangan signifikan hanya dalam waktu beberapa tahun saja.
Fenomena kloning misalnya, jadi sesuatu yang sebenarnya belum lama ini telah mengejutkan masyarakat dunia. Tapi, belakangan, peneliti sudah mampu memberi kejut listrik kepada sel telur untuk pembuatan tanpa perlu sperma.
Di University of Bath, sel manusia yang lain dan tak lazim untuk dibuahi, malah sudah bisa dijadikan sarana untuk reproduksi. Ada lagi metode genom editing dengan mekanisme CRISPR dalam dunia kedokteran.
Dalam mekanisme ini, dokter dapat mengubah asam amino pada DNA untuk mengubah sifat keturunan yang dihasilkan saat proses reproduksi. Misalnya, menjadikan keturunan berambut kriting atau berkekuatan super.
"Ini sudah tidak lagi mustahil, jadi kita harus asah otak terus," ujar Hasto.
Hasto sendiri mengaku tetap membuka klinik walau sudah menjabat sebagai bupati Kulonprogo. Hal itu semata-mata untuk mengasah otaknya sendiri. Sebagai dokter spesialis kebidanan dan kandung, ia pun masih melakukan operasi.
Mulai operasi caesar, kista, miom, sampai operasi tumor masih dijalankan Hasto walau menjabat. Hal serupa diharap dapat dilakukan mahasiswa-mahasiswa muda. Tujuannya, tidak lain terus mengasah kemampuan otak.
Penelitian, membaca literatur, mengikuti ruang-ruang diskusi, sampai menelurkan gagasan-gagasan dalam bentuk karya ilmiah. Atau, dapat pula disalurkan melalui pengabdian kepada masyarakat.
Semua itu dirasa dapat menjadi sarana hebat untuk mengasah otak mahasiswa. Menurut Hasto, semua kegiatan itu dapat dipetik, dilakukan, dan diteladani dari gelaran-gelaran semacam Pimnas.
"Saya selalu praktik di Sleman, jika berhenti keterampilan tersebut pasti lang, saya bisa menjaga skill dan bermanfaat, nah mahasiswa juga harus menjaga skill dan kemampuan otaknya," kata Hasto.