Rabu 05 Sep 2018 14:40 WIB

Mahasiswa ITB Jadi Delegasi Penelitian Fisika Internasional

Delegasi akan merasakan sensasi bekerja di atmosfer riset multikultural.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Gita Amanda
Institut Teknologi Bandung
Foto: Flickriver.com/Ikhlasul Amal
Institut Teknologi Bandung

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dua mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) berkesempatan menjadi delegasi mengikuti ajang bergengsi CERN (Organisation Europeenne pour la Recherche Nucleaire atau European Organization for Nuclear Research) Summer Student Programme 2018. CERN merupakan pusat penelitian bidang fisika partikel dan menjadi rumah bagi akselerator partikel terbesar di dunia yaitu The Large Hadron Collider (LHC).

Kedua delegasi tersebut adalah Arifin Luthfi Maulana (Teknik Fisika 2014) dan Joshua (Teknik Elektro 2015). Mereka akan mengikuti penelitian selama bulan Juni hingga Agustus di Jenewa, Swiss.

Mahasiswa yang terpilih dilibatkan untuk merasakan sensasi bekerja di dalam atmosfer riset yang multikultural dan berkelas tinggi. Para mahasiswa pun disajikan serangkaian kuliah yang dipaparkan oleh profesor dan ilmuwan ternama dunia, serta diberikan kesempatan untuk mengerjakan suatu proyek, workshop, kunjungan fasilitas, seminar, dan lainnya.

Indonesia mulai mengirimkan delegasinya sejak tahun 2013 di mana Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mulai menjalin kerja sama dengan CERN di bidang fisika partikel. Selama enam tahun berturut-turut, partisipasi Indonesia dalam kegiatan ini selalu diwakili oleh mahasiswa ITB.

Arifin menuturkan, selama mengikuti kegiatan tersebut dirinya ikut dilibatkan pada pengujian dan studi serangkaian detektor baru, yang akan dipasang pada eksperimen ATLAS untuk mempersiapkan era baru High Luminosity LHC pada tahun 2026 mendatang. Bahkan, selama di sana Arifin diminta untuk menghitung resolusi waktu dari salah satu sensor yang baru dikembangkan, yakni sensor LGAD dengan implan galium sebagai lapisan amplifikasi.

"Sifat-sifat sensor tersebut belum banyak diketahui dan saya sangat beruntung untuk bisa menjadi salah satu orang pertama yang menganalisis performa sensor tersebut. Riset seperti ini bahkan sangat langka dikerjakan oleh seorang summer student,” katanya seperti dalam siaran pers ITB, Rabu (5/9).

Hal senada pun diungkapkan oleh Joshua. Ia menyebutkan bahwa selama disana ia diberikan tanggung jawab merancang sebuah program untuk mengambil data, memonitor, dan mengontrol jalannya proses riset pada prototipe pengembangan cooling system detektor ATLAS.

”Begitu banyak pengalaman yang didapatkan, baik dari segi ilmu pengetahuan hingga budaya. Hal yang cukup menarik adalah etos kerja staf-staf yang bekerja pada CERN. Mereka melarang saya untuk bekerja melebihi jam kerja karena istirahat yang cukup juga merupakan kunci dari kinerja yang optimal. Sebelum mengikuti program ini, saya sama sekali tidak tahu sampai dimana kapabilitas saya, namun sekarang saya merasa bahwa saya bisa pergi kemanapun karena saya merupakan bagian dari sesuatu yang bersifat global,” tuturnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement