REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Yayasan asal Jerman, Konrad-Adenauer-Stiftung (KAS) kantor perwakilan Indonesia dan Timor Leste, bekerja sama dengan Universitas Paramadina menggelar program pelatihan ekonomi pasar sosial di Hotel Grand Hyatt, Yogyakarta, pada 3-5 September lalu. Pelatihan tersebut diberikan kepada sebanyak 23 peserta dengan berbagai latar belakang seperti akademisi, pengusaha, dan pialang saham.
Direktur KAS, Jan Senkyr, mengungkapkan tema tentang ekonomi pasar sosial dimunculkan karena sistem ini dinilai memiliki kesamaan prinsip dengan sistem ekonomi Pancasila. Ekonomi pasar sosial adalah sistem ekonomi yang diterapkan di Jerman pasca-Perang Dunia II dan dinilai telah sukses memajukan negara tersebut.
"Kami tidak ingin mengajari mengenai sistem ekonomi ini. Namun kami ingin sedikit berkontribusi dalam pembahasan tentang model ekonomi ini karena secara prinsip sistem ekonomi sosial memiliki kesamaan dengan sistem ekonomi Pancasila yang diterapkan di Indonesia," ujar Jan Senkyr kepada Republika, Kamis (6/9).
Ia pun berharap para peserta yang mengikuti pelatihan tersebut bisa memiliki pemahaman lebih baik mengenai sistem ekonomi ini serta mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari. "Karena banyak dari mereka bekerja di bidang ekonomi saya harap pemahaman mengenai sistem ekonomi ini bisa berguna bagi mereka," katanya.
Rektor Universitas Paramadina, Prof Firmanzah, mengungkapkan sistem ekonomi pasar sosial cocok diterapkan di Indonesia karena terdapat prinsip-prinsip yang sama dengan sistem ekonomi Pancasila. Ia mencontohkan terdapat nilai sosialisme seperti penerapan BPJS. Di sisi lain kompetisi yang merupakan nilai dari market (ekonomi pasar-Red) yang juga didorong.
"Mudah-mudahan pelatihan ini bisa menginspirasi teman-teman semua agar tidak lagi alergi terhadap sosialisme dan juga tidak alergi terhadap pasar. Selain itu, faktor masyarakat juga harus dilibatkan dalam aktivitas ekonomi, misalnya bagaimana agar dalam aktivitas pabrik tidak mencemari lingkungan dan sebagainya," kata Firmanzah.
Ia juga menegaskan bahwa sistem ekonomi Pancasila sama sekali tidak bertentangan dengan nilai-nilai sistem ekonomi pasar. "Pancasila itu tidak alergi terhadap pasar. Bahkan malah Pancasila memberi bingkai terhadap market itu sendiri," katanya.
Salah satu peserta workshop, Mutiara Intan Permata, memberi apresiasi terhadap penyelenggaraan pelatihan yang berlangsung selama tiga hari itu. Menurut dia, pelatihan tentang sistem ekonomi pasar sosial sangat dibutuhkan, tidak hanya untuk para pemangku kepentingan, namun juga untuk orang-orang awam. "Supaya mereka lebih memahami berbagai regulasi pemerintah, terutama dalam bidang ekonomi," katanya.