Jumat 07 Sep 2018 18:45 WIB

Mahasiswa Diingatkan Wujudkan Negara Berlandaskan Moral

Kekuatan yang akan menang adalah yang mengawal Indonesia ibarat surga dunia.

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Yusuf Assidiq
Mantan ketua KPK Busyro Muqoddas saat menyampaikan kuliah umum di Universitas Widya Mataram.
Foto: Neni Ridarineni.
Mantan ketua KPK Busyro Muqoddas saat menyampaikan kuliah umum di Universitas Widya Mataram.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Mantan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi M Busyro Muqoddas mengatakan berdasarkan landasan akademis, fakta, dan keyakinan, Indonesia masih berada di dua persimpangan antara surga dunia dengan neraka jahanam.

"Neraka jahanam ini istilah kami karena melihat dari peta korupsi, potensi calon koruptor, dan potensi yang mau dikorupsi di Indonesia. Kekuatan antara  surga dunia dan neraka jahanam itu sama-sama besarnya," kata Busyro, pada Kuliah Umum dan Penyerahan  Mahasiswa Baru  Tahun Ajaran 2018/2019 Universitas Widya Mataram  (UWM) Yogyakarta dengan tema 'Tanggung Jawab Mahasiswa untuk Mewujudkan Negara yang Bersih, Sejahtera, dan Berkeadilan, di Ruang Soekarno-Nehru UWM, Jumat (7/9) .

Menurut dia, kekuatan yang akan menang adalah yang akan mengawal Indonesia ibarat surga dunia dan ini ada di banyak sektor. "Di antaranya yang akan memilih dirinya menjadi  pemimpin yang sekarang yang lebih mantab dan yang akan datang yakni di kampus-kampus,’’ ujarnya.

Ia mengungkapkan di Indonesia saat inbi ada sekitar 4.500 perguruan tinggi yang terdiri dari 125 perguruan tinggi negeri dan 4.375 perguruan tinggi swasta. ‘’Artinya, masyarakat di kampus ini memiliki kekuatan lebih signifikan daripada negara dalam hal menyiapkan pemimpin, di antaranya di kampus Universitas Widya Mataram," kata dosen Fakultas Hukum UII ini. 

Oleh karena itu untuk menyelamatkan kekayaan Indonesia menjadi surga dunia dan bukan neraka jahanam, maka perlu pemimpin.  Namun sekarang ini semakin kabur makna dan pemahaman  tentang pemimpin. Ia menjalaskan  pemimpin itu adalah sosok wakil Tuhan (khalifah) di bumiNya untuk  berjuang memiliki keunggulan iman, ilmu, dan kekuatan mengubah dirinya dan keadaan di masyarakat.

Sementara itu, visi dan misi perguruan tinggi pada umumnya termasuk kampus UWM adalah mempersiapkan pemimpin berintegritas, profesional, dan progresif. ‘’Kalau kampus itu hanya mencetak ilmuwan 'tukang' akan menghasilkan pemimpin yang koruptor,’’ jelas Busyro.

Ia mengaku selama di KPK kerap meneliti dan menemukan bahwa ada problem di kalangan kampus, yakni apakah kampus itu memproduksi ilmuwan yang ilmunya untuk menemukan kebenaran yang berkaitan dengan moral,  atau sekadar ilmuwan ‘tukang’.

Lebih lanjut, Busyro pun ada seorang doktor dari sebuah kampus besar yang membuat kajian feasibility study tentang reklamasi di Pantai Kapuk bahwa reklamasi itu tdak mengganggu sistem lingkungan serta tidak menyebabkan pencemaran laut.

Akan tetapi berbeda halnya doktor ITB dan teman-temannya memberikan penjelasan bahwa reklamasi tidak sesuai dengan teori-teori yang terkait dan mereka tidak mendukung adanya reklamasi karena justru menganggu lingkungan.

“Nah, doktor yang membuat kajian FS  yang setuju tentang reklamasi demi mendapatkan miliaran rupiah itu merupakan ilmuwan tukang,” jelasnya. 

Sebelum dilakukan kuliah umum, Rektor UWM, Prof Edy Suandi Hamid, memakaikan jaket kepada dua mahasiswa baru tahun ajaran 2018/2019  sebagai tanda telah resmi menjadi mahasiswa UWM. Edy mengatakan, tahun ini jumlah mahasiswa meningkat lebih dari 20 persen sudah jauh di atas rata-rata.

Menurutnya, sebagian  besar PTS menengah ke bawah tengah mengalami kemerosotan jumlah mahasiswa. “Kalau UWM sudah tumbuh lebih dari 20 persen, insya Allah akan naik dan besar. Saya yakin dalam waktu paling lama empat tahun lagi UWM tidak tergantung lagi pada yayasan,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement