Rabu 19 Sep 2018 19:46 WIB

Uhamka Perkenalkan Pelacak Mata Kampanye Antirokok

Alat pelacak mata bisa memberikan info lokasi fokus dalam pelatakkan alat kampanye.

Kampanye antirokok.
Foto: Yasin Habibi/Republika
Kampanye antirokok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Neurosains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr Hamka (Uhamka) memperkenalkan pelacak mata manusia (human eye tracker) untuk meningkatkan efektivitas kampanye visual seperti kampanye antirokok. Teknologi 'Human Eye Tracking' mendeteksi gerakan fokus bola mata ketika melihat suatu objek visual, seperti poster.

"Alat ini akan menunjukkan titik mana dari poster tersebut yang ternyata jadi titik fokus," kata Public Relations Officer Pusat Neurosains Uhamka, Mega Putri Alifa, Rabu (19/9).

Pada acara Asian Pacific Conference on Tobacco or Health (APACT) pada 13-16 September 2018 di Bali, PNU turut berpartisipasi mendemonstrasikan penggunaan Human Eye Tracker untuk keperluan kampanye antirokok di gerainya.

Melalui riset dengan alat itu, ujar dia, penyusunan pesan-pesan yang ingin disampaikan dalam suatu poster atau alat kampanye berikutnya bisa disesuaikan.

"Misalnya dalam suatu poster kampanye antirokok, foto wajah 'public figure' terlalu besar. Hasil penelitian kami, pesan utama menjadi tidak sampai dan poster kurang efektif, karena gambar yang ditampilkan lebih menarik melebihi pesan utama itu sendiri," ujarnya.

Teknologi Human Eye Tracking ini, lanjut dia, mengukur titik pandangan orang pada suatu objek visual, gerakan mata relatif terhadap kepala serta mengukur posisi mata dan gerakan mata. Dengan alat ini bisa diketahui juga lokasi yang menjadi fokus pandangan dalam peletakkan baliho, spanduk atau alat kampanye media luar ruang lainnya.

Tujuan alat ini untuk memberikan informasi bagi pembuat peralatan kampanye mengetahui di titik mana dari suatu objek visual yang akan menjadi fokus dari penerima kampanye. Diharapkan, penyampaian pesan menjadi lebih efektif.

Pusat Neurosains Uhamka (PNU) merupakan lembaga riset khusus otak berbasis Electroencephalography (EEG) dengan metode pemantauan electrophysiological untuk merekam aktivitas listrik dari otak. EEG mengukur fluktuasi tegangan yang dihasilkan dari ionik arus dalam neuron otak.

Pelacak mata bisa digunakan dalam penelitian tentang sistem visual terkait psikologi di berbagai bidang. Misalnya, di psikolinguistik, studi pemasaran, sebagai perangkat input untuk interaksi manusia-komputer, dan desain produk.

"Uhamka sebagai salah satu institusi penerima penghargaan Kampus Tanpa Rokok 2016 dari Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) wajib memberikan pemaparan program serta hasil penelitian mengenai kampanye anti rokok yang efektif," ujarnya.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement