REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Bencana gempa bumi berkekuatan 7,4 skala richter disertai tsunami yang terjadi di Kabupaten Donggala, Kota Palu, Sulawesi Tengah, pada Jumat 28 September 2018, turut meluluhlantakkan Universitas Tadulako (Untad) Palu. Akibatnya seluruh aktivitas kampus dihentikan, dan para mahasiswa tidak dapat lagi melanjutkan kuliahnya.
Maka dari itu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya siap memberikan bantuan pendidikan, berupa kuliah gratis kepada para mahasiswa Untad. Rektorat ITS Joni Hermana mengatakan, bantuan pendidikan ini awalnya tercetus karena Rektor Untad, Muh Basir Cyio mengabarkan melalui grup whatsapp Majelis Rektor, fasilitas kampus mereka, khususnya teknik mengalami kerusakan yang cukup parah.
"Sehingga, kegiatan akademik tidak bisa dilakukan," ujar Joni saat ditemui di Kampus ITS Surabaya, Rabu (3/10).
Mendengar hal itu, Joni Hermana selaku Rektor ITS langsung menanggapi dan menawarkan bantuan. “Saya mengatakan kepada Rektor Untad, kalau misalnya kondisinya seperti itu, sambil menunggu proses pemulihan bangunan bagaimana kalau mahasiswanya dititipkan di ITS?” kata Joni.
Lewat bantuan pendidikan ini, ITS akan siap untuk menampung para mahasiswa Untad yang ingin berkuliah di ITS sembari menunggu kampus mereka siap untuk memulai kegiatan akademik kembali. Joni menjelaskan, selama menjalani perkuliahan di ITS nantinya, para mahasiswa tidak akan dikenakan biaya apapun. Para mahasiswa juga akan disediakan asrama selama mereka menjalani perkuliahan di ITS.
“Bahkan kalau mereka kekurangan biaya, kita akan berikan uang saku. Paling tidak sembari menunggu proses revitalisasi infrastruktur kampus, mereka akan kuliah di ITS selama satu semester. Jadi nilai mereka di ITS akan disetarakan di kampus mereka dengan sistem transfer kredit saja,” ujar guru besar Teknik Lingkungan ini.
Inisiasi ITS untuk memfasilitasi para mahasiswa Untad berkuliah sembari menunggu fasilitas kampus mereka diperbaiki ini, ditanggapi baik oleh para rektor dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Sehingga, kata Joni, lebih dari 30 universitas yang menyatakan kesanggupannya untuk menerima juga mahasiswa Untad.
Kemudian pada 1 Oktober 2018, Rektor Untad juga sudah mengeluarkan surat imbauan kepada para mahasiswanya bahwa, perkuliahan tidak diberhentikan secara total. Tapi dapat ditempuh dengan pendekatan blended learning, distance learning, serta dapat ditempuh melalui perguruan tinggi di bawah koordinasi Majelis Rektor dan Forum Rektor dengan sistem ‘sit-in’ di perguruan tinggi yang berkenan menerima mahasiswa Untad.
Selain bantuan pendidikan ini, ITS juga sudah menyiapkan bantuan yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama Joni menuturkan berupa bantuan logistik untuk mengatasi kondisi darurat awal. Kemudian tahap kedua, yaitu tahap pemulihan infrastruktur yang juga sudah diterapkan pada bencana gampa bumi di Lombok.
“Tahap pemulihan itu mereka (para korban) tidak lagi bicara logistik tapi lebih ke infrastruktur. Nanti mungkin dari situ kita mencoba melihat kondisi di lapangan,” kata Joni.
Joni mengatakan, karena ini berbeda dari kondisi bencana yang ada di Lombok, dimana di kota Palu ini selain terjadi gempa, tanahnya juga ambles ke dalam. Belum lagi ditambah dengan tsunami, sehingga membawa air dan lumpur yang kemudian menimbun bangunan-bangunan infrastruktur yang ada di sana.
“Kondisi tersebut agak sulit sehingga untuk bantuan berupa infrastruktur tidak bisa kami tentukan sekarang,” kata Joni.
Joni mengungkapkan, sama halnya dengan gempa di Lombok. ITS sudah mengalokasikan dana sebesar Rp 200 juta. Dana ini diperuntukan membantu masyarakat yang menjadi korban bencana alam yang sangat memilukan tersebut.