REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Bencana gempa bumi berkekuatan 7,4 skala richter disertai tsunami yang terjadi di Kabupaten Donggala, Kota Palu, Sulawesi Tengah, pada Jumat 28 September 2018, turut meluluhlantakkan Universitas Tadulako (Untad) Palu. Akibatnya seluruh aktivitas kampus dihentikan, dan para mahasiswa tidak dapat lagi melanjutkan kuliahnya.
Maka dari itu, Universitas Airlangga (Unair) menyambut baik imbauan Rektor Universitas Tadulako (Untad), Palu terkait permohonan menerima mahasiswanya belajar sementara di berbagai universitas yang ada di Indonesia. Rektor Unair Moh. Nasih menyatakan Unair dengan sangat terbuka siap menerima mahasiswa Universitas Tadulako untuk sementara belajar di kampusnya.
"Kita sangat terbuka hingga nanti konidisi kampus Universitas Tadulako bisa digunakan kembali untuk belajar," kata Nasih di Surabaya, Jumat (5/10).
(Baca: 38 PTN Buka Program Sit In Mahasiswa Korban Gempa di Untad)
Nasih menegaskan, sembari menunggu kondisi kampus Untad kembali pulih, mahasiswa Untad yang menempuh studi di Unair memiliki hak dan kewajiban yang sama. Menurutnya, mahasiswa Untad juga bisa memilih prodi yang relevan dengan prodi yang ditempuh selama menjadi mahasiswa Unair.
"Adapun alur yang harus dilakukan oleh mahasiswa Untad yang ingin studi ke Unair, bisa langsung menghubungi pihak Direktorat Pendidikan Unair," ujar Nasih.
Perihal biaya, lanjut Nasih, mahasiswa yang keluarganya terdampak gempa dan tsunami bisa melakukan permohonan keringanan biaya studi di Unair. Bahkan, kata dia, untuk tempat tinggal pun, pihak pimpinan bersama Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unair siap memberikan akses tempat tinggal sementara bagi mahasiswa Untad selama studi di kampusnya.
Nasih menambahkan, selaian memberikan akses pendidikan kepada mahasiswa Untad yang terdampak gempa dan tsunami, civitas Unair juga sudah terlebih dahulu mengirimkan bantuan. Bantuan yang disalurkan nerupa pengiriman tim medis, bersama Rumah Sakit Terapung Unair yang sudah diberangkatkan ke lokasi bencana.