Kamis 22 Nov 2018 03:00 WIB

Mahasiswa ITS Manfaatkan Serat Tebu sebagai Pengganti Semen

Kuat tarik beton dari bahan serat tebu tersebut di atas dari beton konvensional.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Dwi Murdaningsih
Pekerja mengangkat karung semen dari mobil untuk didistribusikan ke atas kapal di pelabuhan Muaro Padang, Sumatera Barat, Rabu (21/11/2018).
Foto: Antara/Muhammad Arif Pribadi
Pekerja mengangkat karung semen dari mobil untuk didistribusikan ke atas kapal di pelabuhan Muaro Padang, Sumatera Barat, Rabu (21/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Mengusung inovasi beton geopolimer, tiga mahasiswa Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berhasil memanfaatkan serat tebu sebagai pengganti semen. Melalui terobosan barunya tersebut, didapatkan hasil kuat tarik beton yang melebihi beton konvensional.

Salah satu anggota tim, Dzikrie Fikrian Syah menjelaskan, dipilihnya serat tebu sebagai pengganti semen dengan pertimbangan bahan bakunya mudah didapatkan. Selain itu, kerapatan massa yang rendah membuat serta tebu ini lebih mudah untuk diolah.

“Kami ingin bisa memanfaatkan limbah pabrik gula, terlebih karena kuat tarik dari serat tebu ini ternyata cukup tinggi dan juga tahan karat,” kata dia di Surabaya, Rabu (21/11).

Tergabung dalam Tim Sang Makarya, Dzikrie bersama kedua temannya, M Rifat Hidayat dan Verdi Arya Rahaditya membuat beton dengan mencampur pasir, kerikil, dan fly ash di mesin pengaduk beton. Setelah itu, mereka menambahkan larutan aktivator ke dalam campuran tersebut.

“Aktivator ini kami buat dengan melarutkan natrium silikat dan natrium hidroksida di wadah nonlogam,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, serat tebu kemudian ditambahkan dengan perbandingan bahan yakni satu persen fly ash; dua persen kerikil; 0,86 persen pasir; 1,43 persen NaOH; 0,17 persen NaSiO3; dan 0,26 persen serat tebu. Proses pembuatan sampai pencetakan beton ini memakan waktu lima belas menit, sedangkan proses perawatan dilakukan sejak beton berumur satu hari sampai 28 hari.

Usai beton tersebut jadi, kata Dzikrie, dilakukan pengujian kuat tekan dan kuat tarik. Dari pengujian tersebut, kuat tariknya dihentikan saat mencapai 42,5 MPa. Sedangkan kuat tekannya sebesar 14,2 MPa, di mana beton konvensional seharusnya sudah gagal di 4,25 MPa.

“Hal ini menunjukkan bahwa kuat tarik beton dari bahan serat tebu tersebut di atas dari beton konvensional yang terbuat dari semen,” ujar mahasiswa asal Jombang itu.

Selain itu, dari hasil penelitian yang telah meraih juara satu pada ajang Civil Days yang diselenggarakan Universitas Negeri Malang tersebut, dihasilkan susut beton yang terbilang kecil. Menurutnya, hal itu dikarenakan beton geopolimer adalah beton dengan kekuatan awal tinggi, yakni sekitar 70 persen kekuatan beton tercapai di umur satu hari.

“Semoga segera ditemukan metode mix design beton geopolimer agar dapat diterapkan di konstruksi bangunan,” kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement