REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pakar pendidikan dari National Institute of Education, Singapura, Willy Renandya, mengingatkan pentingnya menerapkan inovasi dalam pengajaran. Hal ini diungkapkan saat menghadiri konferensi internasional dalam serangkaian ulang tahun ke-30 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (27/11).
"Ketika saya pertama menjadi seorang guru, saya menggunakan sapaan bahasa Inggris pada umumnya. 'Hallo students, how are you?'. Dan seluruh murid tentu akan menjawab, 'I am fine thank you and how are you, Pak?'' contohnya, diikuti dengan gelak tawa seluruh peserta.
Menurut dia, pembelajaran di kelas sudah seharusnya bersifat inovatif. Sapaan tekstual seperti di dalam buku belajar berbahasa Inggris terlalu kaku bila diterapkan dalam dunia nyata yang terus berkembang seperti sekarang. Ia lantas memberikan gambaran inovasi-inovasi pembelajaran yang telah ia lakukan.
Pada kesempatan itu, hadir pula Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Muhammad Abdul Khak. Ia berharap anak-anak Indonesia dapat menguasai bahasa Inggris.
Di sisi lain juga mampu menguasai bahasa daerah dan tentunya bahasa Indonesia dengan baik dan benar. "Maka pesan kami satu dalam sebuah tagline hari ini. Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing," tegasnya.
Sebagai informasi, konferensi yang bertajuk 'Quality Improvement and Innovation in ELT' ini dihadiri oleh pemateri-pemateri berkompeten. Selain kedua pemateri, terdapat pula Ivor Timmis dan Naeema Han dari Leeds Beckett University, Britania Raya. Kemudian juga Bradley Horn dari RELO of the U.S Embassy dan Noohaida Aman dari National Institute of Education, Singapura.