REPUBLIKA.CO.ID, SOLO — Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menambah dua guru besar di bidang kedokteran. Keduanya Endang Sutisna Sulaeman, dan Sri Sulistyowati.
Endang Sutisna Sulaeman menjadi Guru Besar UNS ke-195 dan guru besar di FK yang ke-39. Sedangkan Sri Sulistyowati, menjadi Guru Besar UNS ke-196 dan guru besar di FK yang ke-40. Sidang Senat Terbuka Pengukuhan Guru Besar akan dilaksanakan pada 11 Desember 2018 di Auditorium UNS.
Dalam sidang senat pengukuhan nanti, Sri Sulistyowati akan menyampaikan pidato berjudul Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu Yang Disebabkan Preeklampsia Dengan Model Disfungsi Endothel. Preeklampsia masih merupakan penyumbang utama kesakitan dan kematian pada ibu maupun janin.
Di RSUD dr Moewardi Solo angka kematian ibu hamil pada 2012 yang disebabkan oleh preeklamsia berjumlah 19 orang dari 30 ibu hamil yang meninggal dan pada 2013 berjumlah 12 orang dari 21 ibu hamil yang meninggal.
Dari penelitian yang dia lakukan, Sri Sulistyowati menyimpulkan pada hewan coba model disfungsi endothel terdapat kondisi yang sesuai dengan kondisi ibu hamil preeklampsia yakni pada Trofoblas.
"Model disfungsi endothel sebagai model preeklampsia direkomendasikan menjadi masukan bagi peneliti untuk menemukan hal yang berkaitan dengan preeklampsia untuk mengetahui penyebab maupun terapi sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu yang disebabkan preeklampsia," kata Sulistyowati seperti tertulis dalam siaran pers, Kamis (6/12).
Endang Sutisna Sulaeman akan dikukuhkan menjadi Guru Besar di Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. Dia akan menyampaikan pidato pengukuhan berjudul Membumikan Keadilan, Pemberdayaan, dan Promosi Kesehatan. Kesehatan merupakan fenomena yang kompleks yang dapat dikaji dengan berbagai sudut pandang.
Dalam pidatonya disimpulkan keadilan dan ketidakadilan merupakan pilihan politik. Akar ketidakadilan kesehatan berupa ketimpangan struktural dan determinan sosial kesehatan. Tanggung jawab utama untuk melindungi dan meningkatkan keadilan kesehatan adalah pemerintah.
Kedua, konteks sosial ekonomi dan politik memengaruhi langsung terhadap pola stratifikasi sosial dan kelas sosial. Konteks berpengaruh terhadap posisi sosial ekonomi melalui hierarki sosial, distratifikasi berdasarkan status ekonomi, kekuasaan dan prestise. Posisi sosial ekonomi memainkan peran sentral dalam ketidakadilan kesehatan. Ketiga, sistem kesehatan berkontribusi pada pemberdayaan dan partisipasi masyarakat, sebagai sumbu utama pengembangan kebijakan kesehatan pro-keadilan.
Keempat, pemberdayaan dan keadilan adalah pilar kembar tempat strategi layanan kesehatan primer bersandar dan kelima Kohesi sosial dan modal sosial sebagai penghubung antara determinan sosial ketidakadilan kesehatan dan determinan perantara, Modal sosial sebagai determinan kunci dalam menciptakan kesehatan populasi.