REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Republika kedatangan 25 mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Djuanda (Unida) Bogor, Rabu (5/12). Didampingi Dosen Pembina Mata Kuliah Produksi Media Online, Koesworo Setiawan, puluhan mahasiswa itu ingin mengenal lebih jauh proses produksi media massa.
"Kunjungan ini dilakukan untuk menyeimbangkan teori dengan praktik, agar mahasiswa bisa mendengar dan melihat produksi media dari praktisinya secara langsung," tutur Koesworo di Gedung Republika, Jakarta Selatan, Rabu (5/12).
Koesworo dan puluhan mahasiswa itu diterima Wakil Redaktur Pelaksana Republika.co.id, Joko Sadewo dan wartawan Republika.co.id, Karta Raharja Ucu. Keduanya menjelaskan terkait Republika dan Republika Online, mulai dari rapat redaksi hingga pemilihan tema liputan.
Selama pertemuan, sejumlah mahasiswa antusias bertanya terkait perkembangan media cetak dan media daring di era modern. Joko menuturkan, Republika.co.id sedang mengembangkan diri agar dapat menyajikan informasi yang menarik, dengan memadukan teks, video, infografis, dan foto.
"Sekarang yang penting itu adalah konten, bukan platform. Di era internet ini konten apa pun bisa disajikan dalam bentuk apa pun. Bisa dalam bentuk cetak, media sosial atau media online, dan menarik peminat dengan cepat," ujar dia.
Tidak dapat dipungkiri media cetak saat ini kesulitan dalam menghadapi biaya produksi yang tinggi. Hal ini diakui Joko menjadi tantangan yang berat bagi surat kabar.
Menurut pria yang akrab disapa Dewo ini, salah satu solusi dari masalah ini adalah bersinergi bersama media daring dengan membuat e-paper atau surat kabar elektronik. "Mungkin saja dalam beberapa tahun ke depan koran tidak berbentuk kertas lagi, tapi sudah berupa e-paper yang lebih praktis," ucapnya.
Perkembangan media daring begitu pesat. Namun, Republika optimistis tetap mendapatkan tempat di hati masyarakat.
"Kami percaya media cetak akan bertahan, karena memiliki segmentasi usia tersendiri. Media cetak juga bisa menjadi pembelajaran baru dan disimpan dalam bentuk fisik sebagai arsip," tambah Karta.
Karta menambahkan, Harian Republika juga mulai menggaet pembaca dari generasi millennial dengan mengubah tampilan dan membuat konten yang mengedepankan visual. Kehadiran media daring, bagi dia justru bisa melengkapi media cetak.
"Media online biasanya hanya menyajikan potongan-potongan informasi. Sementara bagi yang ingin membaca berita dalam satu perspektif yang utuh, hal itu tersedia di surat kabar," terangnya.
Selain media daring, Republika juga memiliki beberapa media sosial untuk mendukung penyebaran informasi. Berita yang disajikan di media sosial tidak hanya berupa teks, melainkan didukung dengan video dan infografis.
Untuk menjaga kepercayaan masyarakat, Republika menghindari click-bait yang umumnya dilakukan media lain untuk menaikkan rating. "Di media sosial sekalipun kami menyajikan informasi secara utuh. Tidak click-bait, di mana antara judul dengan isi tidak berkaitan," tutur Nara, tim media sosial Republika.
Setelah sesi tanya jawab, mahasiswa diberi kesempatan untuk melihat ruang redaksi Republika Online. Di sana, mahasiswa disambut dengan hangat oleh Redaktur Pelaksana Republika.co.id, Elba Damhuri.
Mahasiswa Unida sangat antusias dengan diselenggarakannya kegiatan ini. "Kami senang karena kegiatan ini sangat bermanfaat. Kami jadi mendapat pengetahuan baru tentang produksi media cetak dan media online. Selain itu, pengalaman untuk bisa berkunjung ke media besar juga menjadi kesan tersendiri buat kami," kata Napisah, salah satu mahasiswi Ilmu Komunikasi Unida Bogor.