REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Animo riset di kalangan civitas akademika Universitas Diponegoro (Undip), Semarang menunjukkan lonjakan yang cukup signifikan. Setidaknya ini bisa dilihat dari anggaran riset Undip yang melonjak beberapa kali lipat. Rektor Universitas Diponegoro, Prof Yos Johan Utama menyampaikan, alokasi dana riset yang semula hanya Rp 8 miliar kini telah melonjak menjadi Rp 43 miliar.
“Sehingga, dalam pemeringkatan riset, Undip menduduki peringkat pertama di tanah air,” ungkapnya, di sela menghadiri serah terima hibah kendaraan operasional dari Bank Jateng, di Semarang, Senin (10/12),
Menurutnya, ini bisa menjadi modal yang sangat berharga untuk mewujudkan Jawa Tengah sebagai pusat riset. Kalau Jawa Tengah bisa menjadi pusat riset, akan sangat menguntungkan masyarakat. Sebab jika hanya mengandalkan sumber daya alam (SDA), cepat atau lambat pasti akan habis.
“Tapi kalau kita mengembangkan riset dan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat, provinsi ini akan bisa ‘berlari’ lebih kencang lagi,” tandas Rektor Undip.
Ia juga mengungkapkan, dengan alokasi anggaran yang terus meningkat tersebut, Undip juga berencana untuk memperbarui laboratorium- laboratorium penelitiannya. Apalagi, dalam hal publikasi ilmiah bereputasi, Undip menduduki peringkat ke-5 secara nasional.
“Sehingga, jangan sampai ketika ilmuwan masuk ke laboratorium harus ‘memberi hormat’ terlebih dulu. “Karena peralatan laboratorium tersebut usianya lebih tua dari kita,” ungkap Yos sambil berseloroh.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo merespon positif Rektor Undip, yang memiliki keinginan mewujudkan Jawa Tengah sebagai provinsi riset tersebut. Terlebih Jawa Tengah memiliki beberapa perguruan tinggi terkemuka di level nasional maupun internasional, melalui hasil-hasil risetnya. Sehingga untuk realisasikan Jawa Tengah sebagai provinsi riset sebenarnya sudah di depan mata.
“Ide Prof Yos saya sambut, karena Jawa Tengah disupport perguruan tinggi besar,” katanya.