REPUBLIKA.CO.ID, SOLO — Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo kembali menambah dua guru besar baru masing-masing di bidang Ilmu Pemuliaan Tanaman serta Ilmu Kimia Organik Sintesis dan Bioorganik. Dua guru besar tersebut yakni Sri Hartati dari Fakultas Pertanian (FP) UNS dan Venty Suryanti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNS. Keduanya akan dikukuhkan dalam Sidang Senat Terbuka di Auditorium UNS, Kamis (10/1).
Sri Hartati merupakan guru besar ke-198 di UNS dan ke-28 di FP. Sedangkan Venty Suryanti merupakan guru besar ke-197 UNS dan ke-14 di FMIPA. Saat pengukuhan nantinya, Sri Hartati akan menyampaikan Pidato Pengukuhan berjudul “Peran Ilmu Pemuliaan Tanaman Bagi Pengembangan Anggrek di Indonesia”. Ilmu Pemuliaan Tanaman merupakan ilmu yang mempelajar cara mengubah genotip atau susunan genetik suatu tanaman hingga menjadi lebih berharga atau bermanfaat.
Ilmu Pemuliaan Tanaman dianggap sebagai ilmu yang penting bagi dunia pertanian karena dengan Pemuliaan Tanaman tercipta varietas-varietas tanaman yang lebih berharga dan bermanfaat yang mempunyai keunggulan sifat-sifat sesuai yang diinginkan manusia.
Sri Hartati memilih tanaman anggrek dalam penelitiannya. Alasannya, anggrek menjadi salah satu tanaman hias asal Indonesia yang banyak disukai oleh masyarakat karena keindahan bunganya. "Tanaman ini di samping memiliki daya pesona juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebagai penghasil devisa negara sehingga sangat prospektif untuk dibudidayakan," terang Sri Hartati kepada wartawan dalam jumpa pers di Solo, Selasa (8/1).
Sedangkan Venty Suryanti akan menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Sintesis Biosurfaktan Menggunakan Substrat dari Bahan yang Dapat Diperbarui (Renewable) dan Aplikasinya”. Venty mengatakan, Surfaktan telah banyak digunakan sebagai bahan pengemulsi (emulsifier), bahan pembasah (wetting agent) dan bahan pelarut (solubilizing agent) dalam berbagai produk, seperti makanan/minuman, deterjen, kosmetik dan farmasi.
Surfaktan umumnya merupakan produk turunan minyak bumi yang disintesis secara kimia. Kelemahannya, dapat mencemari lingkungan karena bersifat tidak dapat terdegradasi secara alami. Penggunaan surfaktan yang ramah lingkungan dianggap sangat diperlukan. "Sehingga diperlukan surfaktan yang dihasilkan oleh mikroorganisme tertentu ketika ditumbuhkan dalam media dan kondisi tertentu atau yang disebut Biosurfaktan," jelas Venty.
Biosurfaktan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan surfaktan sintetis, antara lain dapat terdegradasi secara alami (biodegradable), memiliki toksisitas yang lebih rendah, dan efektif pada berbagai nilai pH dan suhu.