Selasa 08 Jan 2019 21:09 WIB

Mahasiswa ITB Wakili Indonesia di Ajang Debat Internasional

Kompetisi digelar di Afrika Selatan.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Dwi Murdaningsih
Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Mahasiswa Institut Teknologi Bandung yaitu Ahmad Kushay (Kimia, 2015) dan Vincentius Michael (Matematika, 2016) mewakili Indonesia dalam ajang World University Debating Championship (WUDC) 2018 di Cape Town, Afrika Selatan. Keduanya berhasil meraih gelar Grand Finalist dalam ajang tersebut.

Ajang WUDC merupakan kompetisi debat parlementer tingkat dunia yang diselenggarakan setiap tahun sejak 1980 oleh World Universities Debating Union. Tahun ini, kompetisi bergengsi ini diikuti 276 tim dari berbagai negara dunia dan dilaksanakan di Afrika Selatan.

Pada kategori English as Foreign Language (EFL) yang merupakan satu dari tiga kategori yang dilombakan, tim ini dengan mulus melaju dari tahap penyisihan, semifinal, hingga final mulai tanggal 27 Desember 2018 hingga 4 Januari 2019.

Sebelumnya, Ahmad Kushay dan Vinventius Michael terlebih dahulu mengikuti serangkaian kompetisi tingkat nasional National University Debating Championship (NUDC) pada 15-21 Agustus 2018. Pada tingkat nasional mereka menyabet juara 2 dari 112 tim yang bertanding. Sebagai bentuk apresiasi, Kemenristekdikti memberangkatkan mereka sebagai perwakilan Indonesia untuk tingkat internasional.

“Saya secara pribadi tertarik kedalam debat parlementer karena ingin mengabdi ke kampus dengan cara mengharumkan nama ITB di ranah nasional dan internasional,” kata Kushay, dilansir dari laman ITB.

Selain itu, motivasi Kushay mengikuti ajang tersebut karena kesukaannya terhadap diskusi intelektual tentang isu sosial. Format debat British Parliamentary berbeda biasanya. Di mana empat tim yang masing-masing terdiri atas dua orang mendebatkan suatu mosi, membuat mereka harus memiliki pengetahuan luas serta kerjasama yang baik.

 “Untuk menghadapi kompetisi ini, kami melakukan sejumlah persiapan. Dalam menggodok wawasan topik, kami membaca berbagai artikel dari majalah dan media seperti The Economist, The Atlantic, Aeon, New York Times, dan lainnya," kata Kushay.

Keduanya juga melakukan latihan-latihan jenis lain seperti latihan kemampuan berbicara, komunikasi, dan kerjasama. Adanya dua tim yang menjadi proposisi serta dua tim yang menjadi oposisi saat debat, memiliki kesulitan tersendiri dalam membuktikan bahwa argument mereka adalah yang terbaik.

Walaupun demikian, lawan yang dinilai berat oleh tim ini dapat mereka taklukan hingga akhirnya masuk ke dalam babak final bersama tiga tim lainnya. Walaupun belum meraih gelar Champion, Kushay mengungkapkan bahwa kompetisi ini merupakan pengalaman yang sangat berharga dan bisa berguna di masa depan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement