REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya meresmikan gedung dan fasilitas Science Techno Park (STP) dan Inkubator ITS. Peresmian ini sekaligus menjadi penanda kesiapan operasional STP ITS dalam mendukung inovasi dan riset, terutama dalam menjembatani riset perguruan tinggi dengan dunia industri.
Seperti diketahui, inisiasi kawasan STP ITS sendiri telah dimulai sejak tahun 2016 lalu dengan dibantu oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Saat itu, ITS telah menyelesaikan pembuatan masterplan kawasan STP yang meliputi tiga pusat studi (center) dari tujuh sektor pusat studi yang ada di ITS. Ketiganya ialah Maritime Center, Creative Center dan Automotive Center.
Waki Rektor IV ITS bidang Inovasi, Kerja Sama, Kealumnian, dan Hubungan Internasional, Ketut Buda Artana mengungkapkan, berawal dari pembuatan kawasan STP itu, riset yang dijalankan di ITS dikembangkan dalam bentuk perusahaan berbasis teknologi. Sehingga menghasilkan ekosistem inovasi dengan keterlibatan akademisi, pebisnis, pemerintah, maupun masyarakat.
“Meski belum adanya infrastruktur yang memadai kala itu, terbukti ITS sudah mampu menghasilkan sebanyak 124 produk inovatif dari hilirisasi riset mahasiswa maupun dosen dalam satu tahun,” kata dosen Teknik Sistem Perkapalan tersebut lewat pesan tertulisnya, Jumat (18/1)
Direktur Jenderal (Dirjen) Kelembagaan dan Ilmu Pengetahuan Teknologi (Iptek) Pendidikan Tinggi (Dikti), Patdono Suwignjo menjelaskan, ITS memang dirasa mumpuni untuk membentuk kawasan STP. Alasannya, inovasi-inovasi yang sudah banyak diciptakan dari penelitian yang ada di ITS. Terlebih ITS juga sudah menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH).
Patdono mengatakan, luaran dari STP ini tak lain berupa start-up company dengan pertumbuhan ekonomi yang bagus. “Sebutan start-up company itu ditujukkan kepada perusahaan yang memproduksi dan memasarkan penelitian-penelitian yang sudah menjadi prototype,” kata dia.
Patdono menerangkan, STP ini tak hanya menjembatani inovasi yang murni berasal dari penelitan, melainkan juga mengembangkan produk yang telah ada kemudian dilakukan modifikasi. Misalnya saja, terdapat produk yang sudah diperdagangkan di negara lain, tetapi kita memiliki terobosan baru, maka produk tersebut tetap layak untuk diinkubasi di STP.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor ITS Joni Hermana mengungkapkan, dengan diwadahinya inovasi melalui STP, nantinya ITS diharapkan bisa mengembangkan start-up lainnya selain industri kreatif, maritim maupun otomotif. “ITS akan terus menggali bidang-bidang unggulan yang layak untuk dipromosikan oleh STP,” kata dia.
Ia juga menekankan tantangan ITS ke depannya bukan lagi banyaknya target produk inovasi yang diciptakan. Melainkan, seberapa banyak produk-produk tersebut yang mampu memasuki persaingan dunia pasar serta dapat dikerjasamakan dengan industri.
“Hal ini mengingat banyaknya tugas akhir, thesis maupun disertasi dari dosen dan mahasiswa ITS yang berorientasi ke produk, namun belum banyak yang mampu dikomersialkan,” kata dia.