Rabu 23 Jan 2019 22:00 WIB

Rektor UGM Minta Alumnus tak Ikut Sebar Hoaks

Generasi muda justru harus menjadi teladan menyampaikan informasi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Ani Nursalikah
 Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Panut Mulyono.
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Panut Mulyono.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Panut Mulyono, mengaku prihatin penyebaran hoaks semakin marak. Padahal, beragam informasi itu disebarkan secara sengaja oleh oknum tidak bertanggungjawab untuk membuat keresahan.

Ia mengajak para mahasiswa dan lulusan UGM, tidak ikut-ikutan jadi pelaku yang menyebarkan hoaks. Sebagai akademisi, mereka diminta mampu memilih mana berita bohong atau berita palsu.

"Selalu sampaikan berita yang mendidik, cerdas dan menyejukkan," kata Panut di depan 918 lulusan program pascasarjana di Grha Sabha Pramana, Rabu (22/1).

Terlebih, ini menjadi tahun yang sangat penting dan ditunggu ratusan juta masyarakat. Tahun ini bangsa Indonesia akan melaksanakan perhelatan politik yang akan menentukan nasib bangsa lima tahun ke depan.

Ia berpendapat, pemilu membawa angin harapan bagi masyarakat yang akan memilih calon legislatif dan pemimpin negara. Tapi, pesta demokrasi itu tidak lepas dari ancaman bahaya yang membawa dampak negatif bahkan menghancurkan.

Apalagi, jika tidak disikapi dengan tepat dan cepat. Menurut Panut, penyebaran berita bohong di media sosial atau pesan berantai jika tidak disikapi cepat dan tepat membuat masyarakat atau warganet mudah tertipu.

"Bahkan, ikut menyebarkan informasi palsu yang ada di tengah persoalan pelik ini," ujar Panut.

Bagi Panut, generasi muda sebagai agen perubahan dan penerus bangsa harus menjadi garda terdepan menangkal maraknya penyebaran hoaks. Belum lagi, generasi mudalah yang melek digital.

Untuk itu, generasi muda justru harus menjadi teladan menyampaikan informasi yang mendidik, cerdas dan menyejukkan. Ia berpesan, jangan sampai masyarakat terpecah karena isu-isu sarat kepentingan pribadi dan golongan.

"Pilihan boleh berbeda tapi kesatuan dan keragaman jangan sampai dikompromikan," kata Panut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَقَالَ الَّذِى اشْتَرٰىهُ مِنْ مِّصْرَ لِامْرَاَتِهٖٓ اَكْرِمِيْ مَثْوٰىهُ عَسٰىٓ اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا ۗوَكَذٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوْسُفَ فِى الْاَرْضِۖ وَلِنُعَلِّمَهٗ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِۗ وَاللّٰهُ غَالِبٌ عَلٰٓى اَمْرِهٖ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ
Dan orang dari Mesir yang membelinya berkata kepada istrinya,” Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita atau kita pungut dia sebagai anak.” Dan demikianlah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di negeri (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya takwil mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti.

(QS. Yusuf ayat 21)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement