Sabtu 23 Feb 2019 08:35 WIB

Kemenristek: Pemerintah Serius Riset Bahan Bakar Sawit

Penelitian terkait bahan bakar terbarukan sedang dilakukan oleh ITB.

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi menyatakan pemerintah serius menggarap riset terkait bahan bakar terbarukan dari minyak sawit. Langkah itu untuk kemandirian energi dari dalam negeri.

Menteri Ristekdikti Mohamad Nasir mengatakan pentingnya hasil penelitian di bidang sumber energi baru terbarukan. Hal tersebut untuk menggantikan bahan bakar berbasis fosil yang sebagian kebutuhannya di Indonesia masih impor.  

"Mengapa renewable energy ditekankan, karena energi, khususnya bahan bakar minyak, satu hari kalau kita impor sekitar 400 ribu barel per hari. Satu tahun sekitar 17,6 miliar US Dollar atau setara Rp 250 triliun. Ini terjadi uang kita menguap begitu saja," kata Nasir di Depok, Jawa Barat, Jumat (22/2).

Karena itu, Nasir menekankan pentingnya riset di bidang energi untuk menghasilkan sumber energi berbahan dasar tanaman agar Indonesia terbebas dari impor minyak. Nasir menjelaskan saat ini penelitian terkait bahan bakar terbarukan untuk menghasilkan bahan bakar yang bersumber dari minyak sawit sedang dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB).

Menristekdikti mengemukakan potensi minyak sawit untuk dijadikan bahan bakar sangat besar. Indonesia merupakan salah satu negara yang memproduksi sawit terbesar. Selain tu, penelitian yang sedang dilakukan memungkinkan penggunaan minyak nabati secara 100 persen menjadi bahan bakar.

Nasir menjelaskan saat ini pemerintah telah menerapkan kebijakan bahan bakar diesel wajib menggunakan minyak nabati dengan kandungan 20 persennya. Ke depannya, dengan penelitian yang dilakukan bisa menjadi 100 persen penggunaannya untuk bahan bakar.  

"Pada Februari ini saya sudah uji coba, Maret akan saya cek lapangannya, yaitu di Pertamina Cilacap untuk green avtur, dan Pertamina Dumai untuk green diesel," kata Nasir.

Pemerintah melalui Perpres Nomor 38 Tahun 2018 tentang Rencana Induk Riset Nasional Tahun 2017-2045 telah memetakan 10 riset prioritas yang harus dikembangkan di Indonesia. Dari ke-10 riset prioritas tersebut, penelitian tentang energi baru terbarukan termasuk di dalamnya.

Sementara riset yang diprioritaskan lainnya adalah mengenai pertanian dan pangan, kesehatan dan obat-obatan, teknologi informasi, transportasi, material maju seperti teknologi nano, teknologi pertahanan, maritim dan kelautan, manajemen kebencanaan, serta sosial budaya dan pendidikan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement