REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) SEBI menggelar international lecture. Kegiatan itu diadakan di Aula STEI SEBI, Depok, Jawa Barat, Jumat ( 8/3).
International lecture yang dihadiri oleh puluhan dosen dan mahasiswa STEI SEBI itu mengambil tema “Asianization of the global economic order: Place of Indonesia”. Kegiatan itu menampilkan tiga nara sumber, yaitu Prof Munim K Barai, H Hendri Tanjung PhD dan Nur S Buchori.
Kuliah umum ini diprakarsai oleh Profesor Munim K Barai PhD, dosen dan peneliti asal Ritsumeikan Asia Pasific Univeristy Oita, Jepang. Dalam Penyampaian hasil penelitiannya, Munim menyatakan, Indonesia akan menjadi salah satu pusat ekonomi global dengan puluhan faktor potensial seperti ekonomi, militer, teknologi dan ideologi.
“Namun yang paling potensial adalah populasi yang terus tumbuh serta peningkatan kapasitas kompetensinya,” ujar profesor berkewarganegaraan Bangladesh itu seperti dikutip dalam rilis STEI SEBI yang diterima Republika.co.id, Sabtu (9/3).
Senada dengan itu, Hendri Tanjung menyatakan, Asianization (Asianisasi) saat ini masih didominasi oleh beberapa negara. Menurutnya, perdagangan internasional merupakan kunci dari kebangkitan Indonesia.
“Komoditas kelapa sawit merupakan potensi yang perlu dijaga, karena pangsa pasarnya bukan hanya untuk diekspor ke negara-negara Eropa namun juga berpotensi ke negara Asia Selatan seperti Pakistan,” tuturnya.
Agenda international lecture itu ditutup dengan sesi diskusi dan tanya jawab mengenai potensi Indonesia dan pemaparan potensi filantropi Islam oleh Nur S Buchori. Ia adalah dosen STEI SEBI dan komisioner Badan Wakaf Indonesia (BWI).