Selasa 12 Mar 2019 07:49 WIB

Fikom Ubhara Jaya Fokuskan Kajian Komunikasi Keamanan

Fikom Ubhara Jaya meluncurkan Puskakom yang memfokuskan kajian komunikasi keamanan.

Kuliah umum dengan tema Kewarasan Publik di Persimpangan Digital ini diselenggarakan di Auditorium Graha Tanoto Kampus II Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Bekasi, Jawa Barat, pada Senin (11/3) kemarin.
Foto: Istimewa
Kuliah umum dengan tema Kewarasan Publik di Persimpangan Digital ini diselenggarakan di Auditorium Graha Tanoto Kampus II Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Bekasi, Jawa Barat, pada Senin (11/3) kemarin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya meluncurkan Pusat Kajian Komunikasi dan Masyarakat Digital, Senin (11/3). Pendirian pusat kajian ini di antaranya untuk memfokuskan kajian komunikasi keamanan. 

Ketua Panitia Kuliah Umum (Studium Generale) FIkom Ubhara Jaya Azhar Irfansyah Puskakom ini berperan nyata dalam mengawal perumusan dan pengembangan kajian keamanan. “Ini menjadi kontribusi Fikom untuk mendukung Ubhara Jaya menjadi pusat kajian keamanan nasional di tanah air,” kata Azhar dalam siaran pers yang diterima Republika, Senin (11/3).

Ia menambahkan Puskakom ini dibentuk guna menjadi wadah pertukaran gagasan di ranah keilmuan komunikasi antara civitas akademika Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, mahasiswa, dan pemangku kepentingan diluar universitas.

photo
Ajun Komisaris Besar Purnomo Hadi Suseno dari Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Mabes Polri (kanan) dan Dosen Fikom Ubhara Jaya Prasojo pada kuliah umum di Ubhara Jaya. (Istimewa)

Pada peluncuran ini, Puskakom dan Fikom Ubhara Jaya menyelenggarakan kuliah umum (studium generale). Kuliah umum ini dengan tema Kewarasan Publik di Persimpangan Digital ini diselenggarakan di Auditorium Graha Tanoto Kampus II Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Bekasi, Jawa Barat, pada Senin kemarin. 

“Kuliah umum ini untuk membekali dan memperkaya pemahaman para mahasiswa dan civitas academica UBJ terkait transisi digital di ranah komunikasi dan kaitannya dengan nalar publik ini,” kata Azhar. 

Azhar menjelaskan perubahan praktik komunikasi masyarakat menjadi tantangan besar bagi studi komunikasi di dunia, termasuk Indonesia. Ia mengatakan praktik komunikasi sekarang mengandalkan internet, khususnya aplikasi media sosial dan perdagangan elektronik.

Selain itu, ia menerangkan, digitalisasi bukan hanya menyediakan kanal-kanal komunikasi baru, tetapi juga mengubah cara dan budaya komunikasi itu sendiri. "Disrupsi terhadap nalar publik kerap terjadi di tengah ombang-ambing perubahan komunikasi digital ini," kata dia. 

photo
Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Dr Hizkia Yosias Polimpung. (Istimewa)

Tren komunikasi digital yang disokong kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tidak lantas membuat dialog menjadi lebih sehat, logis, dan konstruktif. Di satu sisi, masyarakat semakin hari kian akrab dengan istilah hoax. 

Di sisi lain, banyak pula yang belum mampu mendayagunakan nalarnya untuk memilah berita bohong. "Sikap hyperpartisan juga seringkali mewarnai komunikasi di dunia maya," kata Azhar.

Narasumber, yakni Ajun Komisaris Besar Purnomo Hadi Suseno dari Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Mabes Polri, Cyber Security Specialist dan Founder Datum Victorius Elvino Priyanto Sadipun, dan Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Dr Hizkia Yosias Polimpung.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement