REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengklaim, program beasiswa Bidikmisi dapat memutus rantai kemiskinan dan mengurangi angka pengangguran. Menurut dia, mahasiswa Bidikmisi terbukti unggul sehingga hanya 1 persen mahasiswa yang gagal lulus.
"Sebanyak 99 persen mahasiswa bidikmisi berhasil lulus. Sebagai contoh di Universitas Jember ada anak Bidikmisi jurusan teknik sipil yang IPK-nya 3,95," kata Nasir dalam keterangan tertulis, Ahad (7/4).
Nasir mengungkap, kunci keberhasilan para mahasiswi Bidikmisi terletak pada daya tahan mereka dalam menghadapi tantangan di perguruan tinggi dan dunia kerja. Bagaimana mereka belajar, kata Nasir, sangat luar biasa dan bisa memberikan inspirasi bagi mahasiswa mahasiswi lainnya.
"Dengan adanya program beasiswa ini, daya tahan mereka sangat tinggi. Walaupun mereka biasa hidup kurang mampu, tetapi hal ini memberikan nilai positif karena otomatis membangun karakter daya juang yang tangguh dan keras. Sehingga jika mendapatkan umpan sedikit, mereka bisa berlari dengan cepat," kata Nasir.
Dia menyampaikan, saat ini Pemerintah RI sudah meningkatkan jumlah penerima beasiswa Bidikmisi dari 90 ribu menjadi 130 ribu pada 2019. Penambahan kuota itu berdasar pada kepuasan kinerja akademik dari para peneriman Bidikmisi dan juga pencapaian profesional para lulusan Bidikmisi yang banyak menjadi orang sukses.
Untuk itu, dia berharap, dengan ditambahkannya kuota penerima beasiswa Bidikmisi bisa meningkatkan sumber daya manusia.
"Seseorang semakin pintar, pasti dia akan mampu menggerakkan ekonomi. Kapasitas ekonomi dan analisisnya pasti akan lebih baik. SDM yang punya pendidikan lebih baik, dia akan menerima tantangan global dan beradaptasi dengan lebih mudah," kata Nasir.