REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyambut Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2019, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) meminta perguruan tinggi menyelenggarakan simulasi bencana. Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa), Ismunandar.
"Kita berharap kampus tanggal 26 itu melakukan kegiatan-kegiatan, drill," kata Ismunandar pada wartawan di Kantor Kemenristekdikti, Kamis (18/4).
Ia menjelaskan, wilayah Indonesia memiliki kerentanan bencana yang berbeda-beda. Hal itu, kata Ismunandar harus diantisipasi oleh semua pihak termasuk lembaga pendidikan. Materi yang diberikan pada HKB 2019, kata Ismunandar, disesuaikan dengan kerentanan masing-masing daerah kampus.
"Materinya itu tadi saya sampaikan sesuai dengan kerentanan di wilayah masing-masing perguruan tinggi. Tapi yang paling normal ya coba sirinenya, latihan titik kumpul," kata dia.
Selain itu, ia mengatakan kampus juga mencoba tabung alat pemadam kebakaran (APAR) yang selama ini tidak pernah dipakai. Ismunandar mengatakan, kampus mungkin bisa membuat kebakaran kecil untuk dicoba menggunakan tabung APAR tersebut.
"Jadi itu terserah kegiatannya. Kalau yang rawan banjir bagaimana kampus menjadi banjir, kita harus evaluasi bagaimana, dan lainnya," kata dia.
Sementara itu, Sekretaris Pusat Penelitian Mitigasi Bencana Institut Teknologi Bandung (ITB), Nuraini Rahma Hanifah mengatakan kampusnya adalah salah satu yang akan ikut berpartisipasi dana HKB 2019. Ia mengatakan, ITB akan melibatkan seluruh civitas akademik termasuk mahasiswa, dosen, hingga pimpinan di ITB.
ITB, lanjut dia, juga membentuk tim relawan mahasiswa kampus. Nuraini mengatakan para relawan inilah yang akan dikerahkan ketika terjadi suatu bencana. "Jadi kalau ada apa-apa mereka akan diaktivasi," kata dia.
Lebih lanjut, Nuraini mengatakan ITB sudah melakukan penilaian bencana seperti yang disarankan oleh Dirjen Belmawa. Beberapa kemungkinan bencana yang dikaji antara lain adalah gempa, gunung api, dan kecelakaan kerja termasuk kegagalan teknologi.
"Memang dampaknya paling besar itu gempa. Sekarang kan sedang ramai isu Sesar Lembang, kalau itu terjadi tidak hanya berdampak kecil tapi seluruh kampus kena bahkan seluruh kota. Oleh karena itu, kami mengambil tema untuk HKB ini adalah gempa bumi," kata Nuraini.