REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Kemajuan teknologi kini sudah memungkinkan penerapan kecerdasan buatan (artificial intelegence). Namun, seberapa pun hebatnya penerapan teknologi jangan sampai meninggalkan rasa kemanusiaan.
Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Gunawan Budiyanto mengatakan, AI memang sudah digunakan untuk berbagai kegiatan sehari-hari. Termasuk, dalam aktivitas pendidikan di kampus.
Inovasi itu tentu saja akan semakin memudahkan tugas-tugas dosen dalam kelas. Sebab, dengan AI yang memiliki kemampuan mengelola kelas, dosen memiliki waktu lebih untuk melakukan tugas lain.
"Sekilas menjadi terobosan yang bermanfaat bagi dosen, namun bagi negara dengan komunitas yang memegang teguh nilai sosial luhur, hal ini akan menjadi isu tersendiri," kata Gunawan, Senin (27/5).
Gunawan menyampaikan itu saat mengisi konferensi Association Universities of Asia Pacific mengenai AI. Konferensi dilaksanakan 23-25 Mei lalu dan jadi pertemuan ilmiah 48 universitas di Asia Pasifik.
Pertemuan kali ini mengangkat tema mengenai kesiapan perguruan tinggi dalam menggunakan atau memanfaatkan kecerdasan buatan dalam proses belajar mengajar. UMY menjadi Board Member.
Mereka diberikan kepercayaan untuk mengomandoi pemateri dari Hongkong. Dia membahas proses penggunaan instalasi robotik dalam pembelajaran STEM (science, technology, engineering, & mathematic).
Gunawan berpendapat, revolusi industri 4.0 semakin memasifkan penggunaan mekanisme kecerdasan buatan dalam pembelajaran. Terutama, dalam bidang teknik dan kesehatan.
AI akan sangat membantu memperlancar dan memperjelas proses pratikum, perumusan tugas akhir dan lain-lain. Sehingga, AI bisa jadi asisten dosen yang dapat mengambil alih tugas mengajar di kelas.
Bagi UMY, ia merasa ini bisa menjadi inspirasi dalam menggunakan AI dalam proses pembelajaran. Tapi, bukan untuk menggantikan tugas dosen dalam kelas secara keseluruhan.
"Karena kita memahami proses pembelajaran tidak hanya transfer of knowledge, tapi transfer of value dan pembangunan karakter," ujar Gunawan.
Sehingga, ia menekankan, tidak mungkin untuk menyerahkan seluruh proses belajar mengajar kepada asisten robot. Ternyata, ini dirasakan pula negara-negara sepert Brunei, Malaysia, Filipina dan Vietnam.
Menurut Gunawan, diskusi-diskusi Saat konferensi akhirnya mengarah ke cara-cara membuat teknologi ini lebih manusiawi. Artinya, tidak menggantikan, menggeser atau memarjinalkan nilai kemanusiaan.
"Karena bagi UMY kemajuan teknologi harus menjadi perantara dalam membangun karakter dan mewariskan nilai yang luhur," kata Gunawan.