REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Masyarakat Indonesia sangat tergantung kepada beras sebagai makanan pokok. Namun, penderita diabetes sering kali membatasi konsumsi nasi karena dituding pangan hiperglikemik.
Jika penderita diabetes mengonsumsi bahan pangan yang memiliki indeks glikemik tinggi, kadar gula darah cepat meningkat. Ini yang menjadi kekhawatiran nasional.
Untuk itu, tepat memulai gerakan konsumsi sumber karbohidrat bernilai indeks glikemik sedang hingga rendah. Talas, menjadi bahan pangan lokal yang potensial berindeks glikemik rendah.
Dengan kandungan zat gizi yang tinggi, talas telah dibuat menjadi berbagai olahan seperti tepung talas. Atas fakta ini, sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) membuat beras analog.
Beras berbahan talas yang cocok bagi penderita diabetes. Ada Mukti Syarifah, Risha Kurnia, Muhamad Arif dan Siswantiningsih dari Prodi Pendidikan IPA dan Siti Nur’aini dari Prodi Pendidikan Akuntansi.
Mukti mengatakan, pati menjadi kandungan zat gizi tertinggi dalam talas. Ia menilai, beras analog berbahan dasar talas sebenarnya potensial pula dimanfaatkan sebagai salah satu pangan alternatif.
"Beras analog merupakan tiruan dari beras yang terbuat dari bahan-bahan seperti umbi-umbian dan serealia yang bentuk maupun komposisi gizinya mirip seperti beras," kata Mukti.
Risha menerangkan, beras analog talas ini dibuat dengan variasi warna dari ekstrak tumbuhan alami seperti wortel, bunga telang, dan bayam. Jadi, cocok untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes.
Selain itu, tentu saja beras cocok menjadi konsumsi seluruh lapisan masyarakat dalam pencegahan diabetes. Ia mengingatkan, wortel dengan pigmen berwarna oranye mengandung vitamin A.
"Yang dapat membantu meningkatkan penglihatan penderita diabetes, dan bunga telang yang berwarna kebiruan dan bayam yang berwarna hijau mengandung antosianin dapat mencegah penyakit diabetes," ujar Risha.
Arif menjelaskan, bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan beras talas ini sederhana. Mulai talas, wortel, bunga telang, bayam, air, dan cairan pengikat carboxymethyl celluloce.
"Pada awalnya kami buat dulu tepung umbi talas baru setelah itu beras analognya," kata Arif.
Untuk membuat tepung talas, umbi yang telah disortir dikupas hingga bersih. Kemudian, dicuci menggunakan air bersih hingga getahnya hilang.
Lalu, umbi talas dipotong sekecil mungkin untuk mempercepat pengeringan dalam oven. Setelah kering, kemudian digiling dan diayak hingga halus.
Untuk membuat beras analog, siapkan tepung umbi talas dan carboxymethyl celluloce. Timbang sesuai dengan perbandingan yang telah ditentukan.
Campur dengan ekstrak tumbuhan hingga kalis, cetak adonan dengan mesin ekstruder dan keringkan di bawah sinar matahari. Karya ini sudah meraih dana Dikti dalam PKM bidang kewirausahaan 2019.