REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Tiga mahasiswa Politeknik Negeri Semarang (Polines) menciptakan kotak infak yang tidak mudah dibobol pencuri. Peranti itu mereka buat menyusul maraknya pencurian kotak infak di masjid ataupun mushala.
"Kami menamakan hasil inovasi ini sebagai kotak infak masjid antimaling atau Koin Mas Aling," ungkap Esa Firmansyah, mahasiswa D3 Teknik Elektronika Polines, di Semarang, Jumat (28/6).
Esa mengatakan, Koin Mas Aling ini diciptakannya bersama dua mahasiswa lain, yakni Dewi Aji Pertiwi, yang juga sesama mahasiswa D3 Teknik Elektronika serta Fitri Restianti mahasiswa D3 Administrasi Bisnis. Mereka mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) – Karsa Cipta di bawah bimbingan dosen Ilham Sayekti ST MKom.
Esa menjelaskan, kotak infak masjid yang diciptakan ini berbeda dengan yang sudah ada pada umumnya karena memiliki kelebihan tidak mudah dicuri. Kotak infak buatannya memiiki fitur keamanan otomatis yang terintegrasi, yaitu sistem pengunci dengan sensor sidik jari.
"Jadi, kotak infak ini hanya dapat dibuka oleh takmir masjid/mushala yang sidik jarinya telah terdaftar melalui pemrograman," ungkapnya.
Apabila kotak infak dibuka paksa, menurut Esa, maka alarm akan berbunyi dan megirim notifikasi berupa SMS kepada takmir. Selain itu, kotak infaknya juga memiliki fitur tombol dan penampil menu keamanan serta memiliki pelacak posisi menggunakan teknologi Global Positioning System (GPS) untuk mengetahui lokasi kotak infak apabila dicuri.
Di samping itu, kotak infak tersebut juga dilengkapi dengan fitur sensor penanda penuhnya daya tampung kotak infak. "Apabila kotak infak penuh maka sistem akan mengirim SMS pada takmir," ungkapnya.
Sementara itu, Dewi mengungkapkan, kotak infak karya mereka juga memiliki fitur untuk mendeteksi apabila diangkat lebih dari radius 20 cm dari tempatnya. Sistem alarm akan berbunyi sebagai indikasi pencurian dan mengirimkan SMS ke pada takmir bahwa kotak infak telah diangkat atau berpindah.
Fitur-fitur tersebut membuat keberadaan Koin Mas Aling ini dapat di pantau kendati takmir tidak berada di lingkungan masjid. Pemantauan tersebut dapat menggunakan notifikasi melalui telepon genggam, yaitu dengan mengirim pesan singkat.
"Telepon genggam merupakan benda yang dapat dibawa setiap saat sehingga memudahkan dalam pemantauan kotak infak saat tamkir berada jauh dari masjid," ungkapnya.
Sementara itu, Fitri Restianti berharap, Koin Mas Aling dapat diproduksi secara massal, tentunya dengan penyesuaian-penyesuaian sesuai selera pasar. Kemampuan fitur- fitur keamanan serta sistem pemantauannya dapat semakin memudahkan.
"Alat ini bisa digunakan oleh masjid atau mushala guna menekan tindak kejahatan pencurian yang menyasar kotak infak," kata Fitri.