Rabu 24 Jul 2019 00:22 WIB

Mahasiswa Ubaya Juarai Lomba Debat Bahasa Inggris

Persiapan kompetisi debat dilakukan dalam kurun waktu dua pekan.

Universitas Surabaya
Universitas Surabaya

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dua mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya (FBE Ubaya) menjadi juara pertama dalam ajang kompetisi debat bahasa Inggris tingkat nasional “EEC Unila In Action 2019”. Bobby Ongkojoyo dan Fritz Ajiedragono berhasil mengalahkan 12 tim dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) se-Indonesia di kompetisi yang diselenggarakan pada 9–11 Juli 2019 oleh Economic English Club Unila.

Fritz mengaku, untuk meraih peringkat pertama dan menjadi pemenang tidaklah mudah. Keduanya harus mendapatkan victory point saat menghadapi tiga babak penyisihan untuk lolos menuju grand final. Melalui sistem penilaian dan akumulasi victory point tertinggi dari juri, mengantarkan keduanya menjadi pemenang dengan membawa pulang piala juara pertama, sertifikat, dan sejumlah uang pembinaan.

Fritz menjelaskan, kompetisinya adalah British Parliamentary Debate. Berbeda dengan debat biasanya, di kompetisi ini semuanya impromptu artinya tidak ada persiapan dengan topik tertentu dan para peserta tidak tahu tema atau mosi apa yang akan dihadapi di perlombaan.

"Sistem penilaian untuk debat bisa dilihat dari substansi, isu-isu yang diangkat, dan bagaimana kita bisa meyakinkan juri bahwa argumen kita benar,” kata mahasiswa smester dua tersebut melalui siaran persnya, Selasa (23/7).

Persiapan kompetisi dilakukan Bobby dan Fritz dalam kurun waktu dua pekan. Latihan intensif dilakukan dengan belajar bersama senior debat, melakukan simulasi perlombaan, serta menyempatkan diri mengikuti dan menyaksikan beberapa perlombaan debat.

Fritz menuturkan, dirinya sempat pesimistis menghadapi tim-tim unggul dari perguruan tinggi se-Indonesia. Namun mahasiswa yang memiliki kegemaran mendengarkan musik dalam podcast ini mengakui, banyaknya perguruan tinggi yang mengikuti perlombaan, membuat dirinya terpacu untuk terus mengasah kemampuan debat dan menambah wawasannya.

“Saya bisa dibilang masih baru ikut dalam kompetisi debat. Namun dari sini, saya belajar banyak hal dan tentunya menambah pengalaman," ujar Fritz.

Fritz menjelaskan, tema atau mosi yang didapat saat kompetisi itu seperti social movement terkait LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender), isu politik luar negeri dan Indonesia, dan topik yang sedang hangat diperbincangkan. Fritz mengaku, bagian yang paling sulit ketika mendapat politik U.S. dan diajak untuk membuat argumen yang baik serta tepat l, sesuai waktu yang ditentukan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement