REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Bercocok tanam tidak harus di perkebunan dengan lahan yang luas. Melalui konsep urban farming, salah satunya hidroponik, lahan sempit bisa dimanfaatkan untuk membudidayakan tanaman.
Perlengkapan untuk media tanamnya relatif terjangkau seperti memakai pipa bekas. Tapi, opsi tanamannya justru cukup beragam mulai sayuran sampai buah-buahan.
Untuk hasil maksimal, tanaman hidroponik perlu perawatan khusus. Apalagi, masing-masing miliki karakteristik seperti selada akan optimal tumbuh di suhu 25-28 derajat celcius dan kelembaban 65-78 persen.
Jika harus mengukur satu per satu, diperlukan pengelolaan yang rumit. Melihat itu, Simonkori coba menghadirkan solusi terintegrasi, memanfaatkan kapabilitas Internet of Things (IoT).
Startup yang diinkubasi Universitas Amikom Yogyakarta ini memiliki perangkat yang dapat membantu petani hidroponik memantau banyak hal. Penggunaannya terbagi dalam dua fungsi, yakni pemantauan dan kontrol.
Dalam fungsi pemantauan, perangkat dapat mendeteksi nutrisi, level air, kelembaban, pH air dan suhu. Sedangkan, dalam fungsi kontrol, perangkat dapat mengatur pompa tandon air.
Selain itu, dapat mengatur pompa pH down, pompa pencampur zat hingga kipas pengatur suhu. Pendirinya, Anton Yudhana mengatakan, Simonkori memiliki fitur monitoring and kontrol yang bekerja otomatis dan real-time.
"Didesain online (daring) dengan kerangka IoT, pengguna dapat memantau dan mengakses melalui aplikasi dan web," kata Anton, Ahad (4/8).
Paket penjualan perangkat SimonKori terbagi menjadi dua varian, yakni versi penuh dan versi mini. Kapabilitas kontrol yang dimiliki menjadi pembeda kedua varian tersebut.
Data yang ditangkap perangkat akan dikirim ke sistem penyimpanan komputasi awan yang disediakan. Lalu, disajikan dalam dashboard di portal web dan/atau aplikasi mobile yang diakses pengguna.
Melalui itu, pengguna akan mendapat data historis soal kelembaban, suhu dan sebagainya. Sedangkan, perangkat akan mengaktifkan berbagai fitur seperti mengalirkan air, menyalakan kipas dan lain-lain.
Fitur didapat secara otomatis sesuai data kondisi yang diberikan. Misalnya terlalu kering, pengairan akan dinyalakan dan sensor yang dimiliki Simonkori memiliki akurasi data dan pembacaan parameter yang tinggi.
"Selain itu, tingkat kontrol untuk pemberian perilaku terhadap tanaman sudah disesuaikan sesuai kebutuhan varietas, produk kami merupakan perangkat multi-user programming," ujar Anton.
Simonkori didirikan Anton pada Desember 2018 lalu. Untuk menjalankan bisnis, startup yang tengah diinkubasi Amikom Business Park dibantu Muammad Ramadhani (CEO) dan sejumlah anggota-anggota tim.
Dalam debutnya, Simonkori mendapatkan dukungan pendanaan dari PPBT Kemenristek Dikti. Tahun ini, target Simonkori memperkenalkan produk mereka seluas-luasnya untuk petani hidroponik di seluruh Indonesia.