REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pihak Universitas Indonesia (UI) mengaku optimistis dapat meraih peringkat ketiga se-Asia Tenggara. UI hingga kini terus fokus antara lain pada kompetisi di level regional tersebut, utamanya mengalahkan universitas-universitas dari dua negara tetangga, Singapura dan Malaysia. Hal itu diungkapkan Wakil Rektor III Bidang Riset dan Inovasi UI, Rosari Saleh.
"Kami akan mengejar ketertinggalan dengan negara Singapura dan Malaysia yang hingga saat ini masuk dalam lima besar universitas terbaik versi QS World University Rankings pada tingkat Asia Tenggara. Saat ini UI berada diperingkat ke sembilan se Asia Tenggara," ujar Rosari saat ditemui di Kampus UI, Depok, Jawa Barat, Kamis (15/8).
Rosari menegaskan, salah satu faktor pentingnya ialah dana riset UI yang saat ini masih tergolong kecil. Alhasil, penelitian yang dilakukan UI dipandangnya masih belum maksimal. Persoalan ini juga menjadi indikator dalam penilaian peringkat. "Tahun 2018 dana riset UI Rp 199 miliar, dan bagi saya ini kecil untuk meng-cover riset dari dasar hingga hilirisasi," tegasnya.
Dana Riset
Rosari membandingkan, dana riset yang dikeluarkan Pemerintah Singapura kepada Nanyang Technological University (NTU) mencapai Rp 7 triliun per tahunnya. Dana sebesar itu diperuntukkan bagi riset sehingga universitas tersebut menduduki peringkat teratas se-Asia Tenggara. "Kalau UI sendiri idealnya dana riset mencapai Rp 1 triliun per tahun," jelas Rosari.
Dalam usulan anggaran dana riset pada tahun 2020 mendatang, pihaknya meminta kurang lebih Rp 300 miliar. "Hampir sama sebenarnya dengan tahun ini. Bedanya, kita tambahin Rp 100 miliar untuk pengadaan sarana prasarana" tutur Rosari.
Pihaknya pun telah menyiapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) UI 2015-2035. "Di mana target kita lima tahun ke depan dan seterusnya bisa masuk dalam lima besar dan mencapai peringkat ketiga se-Asia Tenggara," pungkas Rosari.