REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir mengatakan biaya hidup pada program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah diusulkan lebih besar dari biaya hidup yang diterima pada Bidikmisi.
"Kami usulkan naik menjadi Rp1 juta per bulan. Saat ini kan Bidikmisi hanya Rp700 ribu per bulan, dengan keadaan saat ini saya kira tidak cukup untuk biaya hidup per bulan. Makanya kami usulkan untuk naik," ujar Nasir di Jakarta, Ahad (13/10).
Meskipun kenaikan biaya hidup tersebut, kata dia, memiliki konsekuensi kenaikan anggaran yang cukup besar. Saat ini pihaknya masih memikirkan skema yang pas.
"Kalau saya ingin baik kuantitas penerima beasiswa dan jumlah biaya hidupnya naik. Dalam lima tahun terakhir, kami terus naikkan dari awalnya Rp 600.000 hingga kemudian Rp 700 ribu saat ini," ucap Menristekdikti.
Dia menambahkan mulai tahun depan beasiswa Bidikmisi berganti nama menjadi KIP Kuliah. Target penerima baru KIP Kuliah sebanyak 400.000 mahasiswa. Nasir menargetkan dalam waktu lima tahun ke depan, jumlah penerima KIP Kuliah baik penerima baru dan yang sedang berjalan menjadi dua juta.
Untuk penerima KIP Kuliah, pihaknya menargetkan sebanyak 40 persen diantaranya untuk pendidikan vokasi, dan sisanya pendidikan sarjana. Politeknik di universitas, lanjut dia, siap untuk menambah kuota mahasiswa baru. Meskipun KIP Kuliah merupakan lanjutan dari program beasiswa KIP untuk jenjang SD hingga SMA, tidak serta-merta penerima KIP bisa langsung mendapatkan beasiswa KIP Kuliah. Menurut dia, tetap perlu seleksi untuk penerima KIP Kuliah.
"Kami akan menverifikasi penerima, apakah benar-benar miskin atau tidak sebelum mendapatkan beasiswa,"terang dia.
Ke depan, dia berharap dengan adanya beasiswa KIP Kuliah maka akan semakin banyak anak Indonesia yang bisa mengakses pendidikan tinggi, dan dapat memutus mata rantai kemiskinan di Tanah Air.