REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia (UI) dari Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia melakukan pengabdian kepada Pengelola Baitul Mal wat Tamwil (BMT)/ koperasi syariah di kantor BMT Al-Mujahidin, Masjid Raya Mujahidin, Pontianak, Kalimantan Barat, pertengahan Agustus lalu (15/10).
Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan dari pengabdian masyarakat yang dilaksanakan tahun lalu. Tahun ini, tim pengabdian masyarakat Universitas Indonesia melakukan pembekalan terkait peningkatkan pengelolaan pembiayaan oleh BMT di Kota Pontianak. Pengelolaan pembiayaan ini merupakan yang paling sulit dilakukan jika dibandingkan dengan pengumpulan dana. Banyak perbankan sukses mengumpulkan dana, tapi kesulitan dalam menyalurkannya.
‘Kegiatan ini bukan seremonial belaka. Kita perlu meningkatkan kapasitas BMT dan juga skill pengelolanya agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat kecil. Jangan sampai rentenir yang memenuhi kebutuhan masyrakat,” kata Ketua Tim ” Farida Prihatini, SH, MH, CN dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (26/10).
Banu Muhammad Haidlir SE, MSE selaku anggota Pengabdi mengatakan, “Di dunia ini hanya ada dua lembaga yang mau mengurusi rakyat kecil, yakni BMT dan rentenir. Agar masyarakat bisa bebas dari jeratan rentenir, maka satu-satunya yang dapat membantu masyarakat hanyalah BMT.”
Ia menambahkan, meskipun BMT memiliki potensi yang cukup besar untuk membantu perekonomian rakyat kecil, namun ternyata banyak BMT khususnya di Pontianak yang belum mampu melakukan analisis terkait laporan keuangan yang telah mereka buat. Sehingga, hal ini cukup menghambat perkembangan koperasi syariah/ BMT di Pontianak.
“Banyak BMT yang jatuh bangun dan tidak dapat bertahan lama. Salah satu penyebabnya selain kurangnya pengetahuan dari pengelola BMT ialah BMT/koperasi syariah hingga saat ini belum menjadi Lembaga Keuangan Mikro. Sehingga, BMT belum diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan,” ujarnya.
Hal ini, menurut Banu, merupakan suatu permasalahan yang cukup besar karena setiap aktivitas pengumpulan dan penyaluran uang seperti koperasi syariah haruslah diawasi. “Pengawasan itu merupakan hal yang dibutuhkan bagi koperasi syariah agar pengelolaannya dapat berjalan dan berkembang dengan baik,” tuturnya.
“Untuk meningkatkan kinerja BMT perlu adanya multi level education (MLE),” kata Dr Yeni Salma Barlinti SH, MH yang juga anggota tim Pengabdi.
Yeni menambahkan, calon nasabah BMT harus mengikuti kegiatan adukasi literasi keuangan syariah baru boleh mendapatkan pendanaan. “Model MLE ini ditujukan bagi nasabah yang ingin menambah pendanaan dari BMT untuk pembiayaan kedua atau kesekian kalinya,” ujarnya.
Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan dari koperasi-koperasi syariah serta mahasiswa ekonomi Islam dari universitas-universitas yang ada di Pontianak, seperti BMT Al Mujahidin, FoSSEI IAIN Pontianak, mahasiswa Universitas Tanjung Pura, dan BMT Halalan Thoyyiba. Dalam kegiatan ini, masing-masing perwakilan BMT diberikan kesempatan untuk mengutarakan permasalahan-permasalahan yang mereka temui dalam mengelola BMT dilanjutkan dengan lokakarya pendampingan pembuatan laporan keuangan syarariah serta analisis laporan keuangan BMT yang dibimbing oleh Banu yang merupakan dosen FEB UI.
Liz Indah selaku Ketua BMT Al Mujahidin mengucapkan terima kasih kepada tim Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia yang telah membantu memberdayakan BMT/koperasi syariah di Pontianak dengan secara berkesinambungan memberikan pembekalan kepada koperasi-koperasi syariah yang ada di Pontianak.
Harapannya ke depan kegiatan ini dapat menghubungkan antara setiap stakeholder, pemerintah, tokoh masyarakat dan penggiat ekonomi syariah. Tim Pengabdian lain yang terlibat dalam program ini adalah Abdul Karim Munthe SSy, SH, MH dan Erizka Permatasari, masing-masing sebagai anggota pengabdi.